, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Penilaian Unjuk Kerja

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian Unjuk Kerja



Depdiknas (2006:95) mengemukakan penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu.

Penilaian unjuk kerja

perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta
didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi

b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam
kinerja tersebut
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
meyelesaikan tugas
d) Upaya kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak
sehingga semua dapat diamati
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
yang akan diamati


Teknik dalam penilaian unjuk kerja dapat menggunakan
daftar cek maupun skala penilaian. Dengan menggunakan daftar
cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Kelemahan cara
ini adalah penilai hanya mempunya dua pilihan mutlak, seperti
benar-salah, baik-tidak baik, sehingga tidak ada nilai tengah.
Daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subyek dalam
jumlah besar. Penilaian unjuk kerja dengan menggunakan skala
penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi oleh peserta didik. Skala penilaian yang
digunakan adalah berupa angka atau skor dengan kriteria-kriteria
tertentu.


2) Tes Tertulis



Tes tertulis yang digunakan dalam penilaian membuat pola
lengan adalah tes bentuk uraian. Karakteristik tes uraian
sebagaimana dikemukakan oleh Anas Sudijono (2007) : 1) tes
tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki


jawaban berupa uraian, 2) bentuk pertanyaan menuntut kepada
testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan dsb, 3) jumlah butir soalnya umumnya terbatas
yang berkisar antara lima sampai dengan sepuluh soal, 4) pada
umumnya butir-butir soal tes uraian diawali dengan kata-kata :
”Jelaskan….,”Bagaimana….”,”Uraikan…” dll.
Menurut Anas Sudijino (2007) petunjuk operasional dalam
menyusun butir-butir soal tes uraian sebagai berikut:
a) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian mencakup ide-ide
pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
b) Susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat di dalam buku.
c) Setelah butir-butir soal tes dibuat hendaknya segera disusun
dan dirumuskan secara tegas,bagaimana jawaban yang betul.
d) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya
pertanyaan jangan dibuat seragam.
e) Kalimat soal disusun secara ringkas
f) Sebelum soal dikerjakan hendaknya dikemukakan pedoman
tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal
tersebut.

3) Penilaian Sikap



Penilaian sikap menggunakan lembar observasi. Menurut
Anas Sudijono (2007:76) observasi sebagai alat evaluasi banyak
digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses
terjadinya kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar. Observasi dapat
dilakukan baik secara partisipatif maupun non partisipatif. Pada

penilaian ini menggunakan observasi partisipatif, observer (dalam
hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan penilaian
seperti: guru, dosen dan sebagainya) melibatkan diri di tengahtengah
kegiatan observe (dalam hal ini peserta didik yang sedang
diamati tingkah lakunya).


Sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh BSNP maka ada
beberapa rambu-rambu yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM
di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran,
2) KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah,
3) KKM dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0-100,
atau rentang nilai yang sudah ditetapkan,
4) Kriteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya
berkisar 75%,
5) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kriteria ideal (sesuai
kondisi sekolah),
6) Dalam menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas
indikator, serta kemampuan sumber daya pendukung,
7) KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang
ditetapkan atau dipilih sekolah.
Kriteria ketuntasan minimal mata diklat melaksanakan
pemeliharaan kecil khususnya pada kompetensi mengoperasikan
mesin jahit dan menguji kinerjanya adalah 7,5. Apabila siswa belum
mencapai nilai KKM, maka siswa tersebut dinyatakan belum tuntas.

0 komentar:

Post a Comment