, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Apa pendapat kalian mengenai kerajinan tekstil di indonesia

Apa pendapat kalian mengenai kerajinan tekstil di indonesia

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Apa pendapat kalian mengenai kerajinan tekstil di indonesia

komentar tentang kerajinan tekstil - Cukup berkembang, karena kerajinan tekstil indonesia mulai berkembang

Kerajinan tekstil di Indonesia sangat berkualitas. Akan tetapi pemproduksiannya kurang begitu maksimal dan kurang didukung. Sehingga harganya mahal, dan karena itulah, salah satu faktor penyebab kurang diminatinya oleh masyarakat.

Lima nama produk kerajinan tekstil beserta komentar masing masing produk?


a) Kerajinan Tekstil Tradisional, i kerajinan tekstil yang di dalamnya memiliki makna simbolis dan digunakan juga untuk kebutuhan upacara tradisional.Contoh : sarung, kain panjang, l stagen (sabuk), dan selendangb) Kerajinan Tekstil Modern, kerajinan tekstil y
ang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan fungsional. Contoh, tas, dompet (berbahantestil),topi,kain tirai, dll

Gantungan kunci dari kain flanel ; bagus,unik,jahitannya rapi,warna menarik
sarung bantal amplop : bagus,unik
sarung
sprei
keset

 LAPORAN PENGAMATAN PRODUK KERAJINAN TEKSTIL


BAB I
KERAJINAN TEKSTIL MODERN

kerjainan tekstil modern itu adalah kaya kerjainan atau sebuah karya seni yang dibuat dengan tekstil sebagai bahan utama dan dibuat dengan cara yang modern seperti menggunakan mesin.

Kerajinan Tekstil Modern di Indonesia :
Dahulu tekstil merupakan sarana untuk melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, sesuai dengan kebutuhan dasar manusia terhadap sandang, pangan dan papan. Sejarah perkembangan tekstil telah menjadi ciri tradisi, yang pada gilirannya berkembang menjadi teknologi busana, yang tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan, bahkan telah menjadi pilar industri yang dapat menghasilkan devisa negara. Cina adalah negara yang telah menjadikan tekstil sebagai indikator perkembangan industrinya. Penelitian dan aplikasi bioteknologi telah diarahkan untuk menunjang kemajuan tersebut seperti penggunaan enzim dan pewarna alami untuk tekstil. Cina merupakan negara pertama yang menggabungkan antara nilai seni tekstil d
engan sentuhan bioteknologi.
Maraknya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi tekstil di pertengahan abad 20, telah memicu industri tekstil untuk menciptakan serat sintetik yang memiliki sifat khusus, misalnya tahan terhadap suhu tinggi dan memiliki daya tahan yang kuat. Serat sintetik yang telah dikembangkan diantaranya adalah nylon, polyesters dan acrylics. Kemudahan dalam rekayasa teknologi serat sintetik telah menjadikannya sebagai potensi yang bisa diterapkan pada industri penerbangan (aerospace), industri perikanan (jaring, benang pancing), dan industri olahraga.
Kemajuan yang penting saat ini adalah serat kain dengan bahan dasar alami atau dikenal dengan biofiber. Serat organik (biofiber) pada dasarnya memiliki kekuatan tarik yang lemah, namun dengan adanya metode gabungan (composite), serat alami bisa bersaing dengan serat sintetik. Departemen Perdagangan Amerika Divisi Patent dan Merek Dagang Amerika Serikat (USPTO) tahun 2005 telah memberikan paten (US Patent) dengan nomor 7.000.000 kepada peneliti senior DuPont, Jhon P. O”Brien atas temuannya ”Polysaccharide Fibers”.
Serat alam, seperti kapas, wool, dan sutera serta berbagai serat lainnya, memiliki nilai tambah yang luar biasa dalam aplikasinya sebagai pakaian dan karpet. Sejak 100 tahun yang lalu, serat alam ini telah menjadi komponen utama industri tekstil, namun konversi polimer selulosa menjadi serat banyak mengalami masalah. Metode yang dilakukan, seringkali menimbulkan pencemaran air, antara lain masih digunakannya larutan koagulan yang berbahaya seperti alcolart (alkali) dan copper ammonium, dimana bahan tersebut tidak bisa dipecah oleh mikroorganisme.
Karakteristik dasar chitosan sebagai bahan serat (biofiber) sebagaimana dikemukakan oleh Tahlawy dan Hudson (2005) adalah bahwa chitosan sangat mudah larut dalam asam. Adanya pengaruh polielektrolit dan keberadaan grup amino bebas telah menyebabkan larutan yang ada memiliki viskositas yang tinggi, sehingga memberikan peluang yang besar sebagai bahan serat melalui metode pemintalan basah (wet spinning). Prashanth dan Tharanathan (2007) juga menegaskan bahwa chitosan merupakan copolymer linier yang terdiri dari 2-amino-2-deoxy-β-D-glucopyranose dengan konfigurasi β-1,4. Konfigurasi ini memiliki struktur tidak bercabang dan memiliki sifat kaku (rigidity). Selanjutnya Li dan Hsieh (2005) menyatakan bahwa pembentukan serat pada chitosan dikarenakan strukturnya (D-glucosamine) yang mirip dengan selulosa dan tingginya kapasitas ikatan hidrogen diantara rantai molekulnya, sehingga memungkinkan untuk membentuk serat. Namun biofiber yang terbuat dari bahan dasar chitosan masih memiliki kuat tarik (tensile strenght) yang lemah, sehingga diperlukan adanya bahan gabungan (composite).
Kecenderungan perkembangan saat ini adalah adanya penggunaan polivinil alkohol sebagai bahan komposit pada pembuatan serat dengan bahan dasar chitosan. Polivinil alkohol telah menjadi bahan pengkajian dalam pembuatan serat (fiber) atau film. Pada tahun 1938, Universitas Kyoto, telah mengembangkan serat dengan bahan dasar polivinil alkohol yang dikenal dengan “Synthese I”. Kemudian pada tahun yang sama, Kanebo Co., Ltd. telah mengembangkan serat buatan dengan bahan dasar polivinil alkohol yang dikenal dengan “Kanebian”. Selain itu, Hodgkinson dan Taylor (2000) menjelaskan bahwa  polivinil alkohol mempunyai kuat tarik (tensile strength) lebih tinggi dibandingkan dengan polivinil klorida (PVC) sehingga dalam aplikasinya dapat digunakan sebagai composite.
Tantangan terbesar teknologi tekstil berbahan dasar chitosan saat ini adalah terkonsentrasi pada teknik analisis termal yang mengarah kepada pembuatan komposit dengan menggunakan teknologi nano (electrospinning), bahan alam dan bersifat multifungsi. Selain itu tuntutan industri tekstil saat ini adalah pada karakteristik kain seperti kemampuan bahan untuk dipintal (spinability), kemampuan dalam pewarnaan (dye ability), kemampuan selama pencucian (wash ability), anti lapuk, dan anti bau.
 

BAB II

KERAJINAN TEKSTIL TRADISIONAL


kerajinan tekstil tradisonal itu adalah kaya kerajinan atau sebuah karya seni yang dibuat dengan tekstil sebagai bahan utama dan dibuat dengan cara masih tradisional masih menggunakan tangan.
Karya kerajinan tekstil tradisional Indonesia, secara fungsi dapat dibagi sebagai berikut.

    Sebagai pemenuhan kebutuhan sandang yang melindungi tubuh, seperti kain panjang, sarung dan baju daerah
    Sebagain alat bantu atau alat rumah tangga, seperti kain gendongan bayi dan untuk membawa barang
    Sebagai alat ritual (busana khusus ritual tradisi tertentu), contohnya,

    Kain tenun Ulos
    Kain pembungkus kafan batik motif doa
    Kain ikat celup Indonesia Timur (penutup jenazah)
    Kain Tapis untuk pernikahan masyarakat daerah Lampung
    Kain Cepuk untuk ritual adat di Pulau Nusa Penida
    Kain Songket untuk pernikahan dan khitanan
    Kain Poleng dari Bali untuk acara ruwatan (penyucian)
 
Tekstil tradisional Indonesia berkembang dengan kreativitas setempat baik pengaruh dari suku maupun bangsa lain. Secara geografs, posisi Indonesia terletak pada persimpangan kebudayaan besar, antara dua benua Asia dan Australia, serta dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifk. Gelombang kontak perdagangan yang melewati wilayah negara kepulauan Indonesia memberikan pengaruh dan mengakibatkan akulturasi (percampuran) budaya yang tampak pada pengembangan karya kerajinan tekstil di Indonesia.

Kain-kain tradisional di wilayah kepulauan Indonesia ini pada awalnya merupakan alat tukar/ barter yang dibawa oleh pedagang pendatang dengan penduduk asli saat membeli hasil bumi dan rempah-rempah di Indonesia. Sekitar abad ke-15 Masehi, pedagang muslim Arab dan India melakukan kontak dagang dengan mendatangi pulau Jawa dan Sumatra. Pengaruh Islam secara langsung dapat dilihat pada tekstil Indonesia. Beberapa batik yang dibuat di Jambi dan Palembang di Sumatra, serta di Utara Jawa, dibuat dengan menggunakan ayat-ayat yang berasal dari bahasa Arab Al Qur’an.
 

Di Indonesia juga terdapat kain sarung kotak-kotak dan polos yang banyak digunakan di Semenanjung Arab, Timur Laut Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasi¬k. Pada abad ke-13 pedagang Gujarat memperkenalkan Patola, yaitu kain dengan teknik tenun ikat ganda dari benang sutra yang merupakan busana Gujarat, Barat Laut India. Proses pembuatan kain Patola sangat rumit sehingga di India kain ini digunakan dalam berbagai upacara yang berhubungan dengan kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan dan kematian juga sebagai penolak bala.
Melalui perdagangan dengan bangsa Gujarat, keberadaan kain Patola tersebar luas di kepulauan Nusantara. Kain Patola umumnya hanya dimiliki oleh kalangan terbatas. Penduduk setempat yang telah memiliki keterampilan menenun pun mencoba mereproduksi kain yang sangat berharga tersebut dengan tenun ikat pakan. Di Maluku, kain ini sangat dihargai dan dikenakan dengan cara dililitkan di pinggang atau leher. Para penenun di Nusa Tenggara Timur mengembangkan corak kain tenun yang dipengaruhi oleh corak yang terdapat pada kain Patola, dengan corak yang berbeda untuk raja, pejabat, dan kepala adat dalam jumlah yang sangat terbatas dan hanya dikenakan pada upacara–upacara adat. Kain Patola dari Lio NTT ini ada yang dibuat sepanjang 4 meter yang disebut katipa berfungsi sebagai penutup jenazah

Motif Patola juga dikembangkan menjadi kain Cinde di daerah Jawa Tengah. Kain Cinde tidak dibuat dengan teknik tenun ikat ganda, tetapi dibuat dengan teknik direct print, cap atau sablon. Kain ini digunakan sebagai celana dan kain panjang untuk upacara adat, ikat pinggang untuk pernikahan, serta kemben dan selendang untuk menari. Kain serupa terdapat pula di Palembang, disebut kain Sembagi. Sembagi yang berwarna terang digunakan pada upacara mandi pengantin dan hiasan dinding pada upacara adat. Kain Sembagi yang berwarna gelap digunakan untuk penutup jenazah. Motif Patola memengaruhi motif batik Jlamprang yang berwarna cerah yang berkembang di Pekalongan, dan motif Nitik yang berkembang di Yogyakarta dan Surakarta yang berwarna sogan (kecokelatan), indigo (biru), kuning dan putih. Corak Patola juga berkembang di Pontianak, Gorontalo, dan kain tenun Bentenan di Menado.

Kain dengan teknik tenun ikat ganda dibuat di Desa Tenganan Pegeringsingan di Bali. Kain sakral tersebut dikenal dengan nama kain Gringsing yang artinya bersinar. Teknik tenun ikat ganda hanya dibuat di tiga daerah di dunia, yaitu di Desa Tenganan Bali, Indonesia (kain Gringsing), di Kepulauan Okinawa, Jepang (tate-yoko gasuri) dan Gujarat India (kain Patola). Teknik tenun ikat ganda adalah tenun yang kedua arah benangnya, baik benang pada lungsin maupun pakan diwarnai dengan teknik rintang warna untuk membentuk motif tertentu.

Kreativitas bangsa Indonesia mampu mengembangkan satu jenis kain tenun Patola Gujarat menjadi beragam tekstil yang sangat indah di seluruh daerah di Indonesia. Contoh perkembangan kain Patola ini hanya salah satu dari bukti kreativitas tinggi yang dimiliki oleh bangsa kita.

Pada tekstil tradisional, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang, juga memiliki makna simbolis di balik fungsi utamanya. Beberapa kain tradisional Indonesia dibuat untuk memenuhi keinginan penggunanya untuk menunjukkan status sosial maupun kedudukannya dalam masyarakat melalui simbolsimbol bentuk ragam hias dan pemilihan warna. Selain itu ada pula kain tradisional Indonesia yang dikerjakan dengan melantunkan doa dan menghiasinya dengan penggalan kata maupun kalimat doa sebagai ragam hiasnya. Tujuannya, agar yang mengenakan kain tersebut diberi kesehatan, keselamatan, dan dilindungi dari marabahaya.

Kain tradisional Indonesia dibuat dengan ketekunan, kecermatan yang teliti dalam menyusun ragam hias, corak warna maupun maknanya. Akibatnya, kain Indonesia yang dihasilkan mengundang kekaguman dunia internasional karena kandungan nilai
estetikanya yang tinggi.

BAB III

PENUTUP


a.     Kesimpulan

Dari laporan yang kami buat, kami menyimpulkan bahwa kerajinan tekstil modern dan  tradisional mempunyai perbedaan. Antara lain jenis kerajinan. Jika kerajinan modern kebanyakan dalam pembuatanya melibatkan peralatan modern. Contoh mesin jahit. Sedangkan kerajinan tekstil tradisional lebih banyak melibatkan peralatan tradisional. Contoh : mesin tenun tradisional

b.    Saran

-Sebaiknya kerajinan tekstil yang diproduksi oleh produsen kecil lebih       
 dikembangkan. Walaupun sudah ada organisasi yang mengembangkan UKM, namun belum efektif.

-Sebaiknya pengusaha kerajinan tekstil diberi bantuan. Baik secara materi ataupun dukungan pendistribusian.

-Sebaiknya pemerintah sering menga
dakan pameran kerajinan tekstil lokal agar produk kerajinan tekstil lebih dikenal secara Internasional

buka mesin jahit : http://rizkysetiawan09.blogspot.com/2014/10/laporan-pengamatan-produk-kerajinan.html

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang komentar tentang kerajinan tekstil

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang JENIS-JENIS KERAJINAN TEKSTIL

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

0 komentar:

Post a Comment