, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Desain Tekstil

 Desain Tekstil

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
 Desain Tekstil


BAB I
Arti Kriya Tekstil

KERAGAMAN SENI RUPA TERAPAN MANCANEGARA


kumpulan gambar bahan tekstil beserta apresiasinya - Seni kria dapat disebut dengan seni kerajinan yang merupakan bentuk seni rupa terapan. Seni kria merupakan bagian dari seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan fisik (seni pakai) dan psikologis (seni hias/keindahan rasa). Seni kria dikerjakan dengan keterampilan atau kecekatan tangan. Pada umumnya seni kria dibuat cendrung sebagai barang produksi atau seni industri. Seseorang pengamat atau pecinta seni dapat menghargai dan menikmati karya seni kria apabila ia mengerti, memahami dan menilai karya seni melalui kepekaan rasa estetis dan nilai guna. Kemampuan dalam kegiatan tersebut dinamakan dengan Apresiasi seni. Kemampuan dalam memahami dan menilai karya seni terapan disebut kemampuan mengapresiasi seni terapan. Apresiasi sangat penting bagi setiap orang yang mau mengerti terhadap karya seni karena dapat melatih kepekaan rasa, memberi kenikmatan, dan memperkaya jiwa serta memperhalus budi
pekerti.

Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kria)
Menilai suatu karya seni kria, kita harus memahami proses apresiasi seni rupa secara utuh. Proses tersebut adalah pengamatan, penghayatan terhadap karya, dan pengalaman berkarya seni sehingga dapat menumbuhkan rasa kagum, sikap empati, dan simpati yang akhirnya mempunyai kemampuan menikmati, menilai, dan manghargai karya seni.

1.    Setiap karya seni rupa mempunyai nilai seni yang berbeda satu sama yang lainnya.

Nilai suatu karya sangat ditentukan oleh kemampuan perupa karya seni itu sendiri yang meliputi:
a.  konsepsi atau gagasan;
b.  kreativitas dalam penciptaan karya;
c. teknik pengerjaan yang menghasilkan corak tersendiri, namun tetap memperhitungkan  sifat-sifat media/bahan;
d. keunikan dalam pengaturan komposisi dan bentuk sehingga menghasilkan karya yang tampak unik (beda dengan yang lain).
Kualitas suatu karya selain tergantung dari perupanya juga ditentukan oleh kualitas dan sifat dari media/bahan yang digunakan. Misalnya sebuah topeng yang dikerjakan dengan bahan kayu pule akan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan menggunakan kayu meranti.

2.  Kriteria Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kria)

Suatu karya seni yang tergolong ke dalam seni rupa tentu dalam pengerjaannya memperhitungkan kaidah-kaidah seni rupa, maka dalam menilai atau memilih suatu karya seni rupa yang baik dan berkualitas diperlukan apresiasi seni rupa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkarya seni rupa dan apresiasinya adalah sebagai berikut:
a. prinsip seni;
b. fungsi seni;
c. komposisi atau unsur seni

Prinsip seni atau asas seni meliputi dua hal, yaitu:

1)   Komposisi (susunan)
Apa pun jenis karya seni rupa yang dikerjakan, tidak akan terlepas dari komposisi. Komposisi itu sendiri adalah susunan. Hasil karya itu akan baik dan indah apabila pengaturan atau penyusunan unsur-unsur seni dalam satu kesatuan. Unsur-unsur pokok dalam seni rupa adalah titik, garis, bidang, arah, bentuk, ukuran, warna, gelap-terang, dan tekstur. Seseorang yang menyusun unsur tersebut berarti ia menciptakan bentuk atau desain. Komposisi dapat dihasilkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan ata

Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a) keseimbangan (balance);
b) kesatuan (unity);
c) irama (ritme);
d) kontras (berbeda jauh)
e) serasi (harmony)

2)  Unsur-unsur seni rupa

a)  Garis
merupakan unsur yang dapat memberi batasan atau kesan suatu bentuk, seperti kesan garis
tipis beda dengan garis tebal.

b)  Arah
merupakan susunan suatu garis atau bentuk menuju kerah tertentu sehingga akan dapat
memberi kesan stabil atau dinamis, seperti arah berbelok-belok berkesan dinamis dan arah
horizontal berkesan stabil.

c)   Bidang, ruang (bentuk)
juga merupakan kesan batasan suatu bentuk, seperti lingkaran, segitiga, benjolan, dll.

d)   Ukuran
merupakan kesan perbandingan suatu bentuk, seperti panjang-pendek, besar-kecil, luas sempit, dll.

e)   Gelap terang
merupakan efek cahaya yang nampak pada bentuk yang dapat dicapai dengan warna
gelap dan warna terang.

f)   Warna
merupakan unsur yang dapat memberi kesan secara menyeluruh pada suatu bentuk.
Warna dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
(1) warna primer (pokok) : merah, kuning dan biru;
(2) warna sekunder (campuran dua warna primer) :
- orange ( merah dan kuning )
- ungu ( merah dan biru)
- hijau ( kuning dan biru)
(3) warna tersier (campuran warna primer dan sekunder) : hijau muda, hijau tua, ungu muda,  ungu tua, orange muda, orange tua.
Warna komplimenter adalah warna-warna yang berlawanan atau berhadapan dalam susunan
warna.
Merah
Orange Ungu
Kuning Biru
Hijau

Penggunaan warna

Penggunaan warna dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

a.    Warna Harmonis,
warna diterapkan secara naturalis seperti warna yang nampak di alam,
misalnya daun berwarna hijau, langit berwarna biru, bunga berwarna merah, dsb.

b.    Warna Heraldis,
warna yang digunakan dalam pembuatan symbol atau lambang, misalnya merah berarti berani, putih berarti suci, biru berarti damai, hijau berarti sejuk, kuning berarti jaya, ungu berarti berkabung, dll.

c.    Warna Murni,
penggunaan warna secara bebas tidak terikat oleh alam atau makna tertentu, misalnya pada karya-karya seni modern.

g) Tekstur,
merupakan nilai raba dari suatu permukaan (kasar halusnya permukaan benda). Tekstur ada dua, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu.

h) Titik,
merupakan unsur yang dapat digunakan untuk memunculkan kesan suatu bentuk, seperti
membuat gambar ilustrasi atau lukisan pointilisme.

Fungsi Seni

Setiap karya seni rupa mempunyai fungsi tertentu, yaitu:
1)  Fungsi primer atau fungsi pribadi, yaitu fungsi untuk kepuasan pribadi bagi perupanya;
2) Fungsi Sekunder atau fungsi sosial, yaitu fungsi untuk kepuasan bagi orang lain yang menikmatinya atau sebagai media komunikasi;
3) Fungsi fisik atau pakai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik.

A.    Pengertian Desain Tekstil
Desain tekstil merupakan rancangan bentuk yang dimulai dari dasar-dasar seni rupa, berupa kumpulan titik-titik dan garis-garis hingga membentuk suatu wujud dua dimensi atau bentuk rupa dwi matra. Bentuk maupun wujud di aplikasikan dan dikembangkan sedemikian rupa di permukaan kain dasar maupun benang dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Pada umumnya desain tekstil meliputi bentuk dua dimensi, warna, serat, dan bahan kain, semuanya dikomposisikan secara sistematis. (Netty juliana,2011).
Kata desain menurut kamus besar bahasa Indonesia artinya, kerangka bentuk, rancangan. (Balai Pustaka, 2001:257). Secara umum desain berarti merancang, menciptakan suatu garis, warna, bidang, tekstur serta memilih dari unsur-unsur tersebut yang kemudian menggarap, mengolah dan membentuknya serta mewujudkan suatu bentuk ciptaan yang mengandung kaidah rasa nilai estetika dari wujud yang dimaksud. (Affendi, 1976:5).
Tekstil secara etimologi berasal dari kata textile (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin textere, yang artinya menenun, yaitu kain yang diperoleh dari berbagai serat.
Meski desain dan kriya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi keduanya memiliki keterkaitan. Pembuat kriya (craftpersons) umumnya juga mendesain dan acapkali benda-benda yang diproduksi secara masal mengadakan pada proses-proses kriya. Kata kriya memiliki arti ‘keterampilan tangan’. Kriya juga memiliki makna ‘pekerjaan’ (occupation). Contoh-contoh kriya tradisional yang sudah kita kenal ialah antaralain: keramik (pottery), mebel, kriya kulit, kriya logam, ukir kayu, perhiasaan (jewellery), sulam, rajut, tenun, tapestri, anyaman, dan sebagainya.
Di jaman sekarang perbedaan utama yang menandai kriya dan desain ialah bahwa pada kriya proses pembuatan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaannya dilakukan oleh satu orang atau oleh satu kelompok kecil orang yang sama. Tidak ada pembagian pekerjaan antara desainer dan pembuat seperti yang terdapat pada sebuah industri. Perbedaan kedua ialah benda kriya hanya diproduksi dalam jumlah kecil dalam jumlah terbatas saja.
Produksi benda kriya umumnya dilakukan di sebuah studio atau bengkel (workshop), sedangkan benda desain umumnya dilakukan di pabrik-pabrik. Pada benda-benda kriya umumnya terdapat jejak tangan si pembuatnya sedangkan pada benda-benda pabrik terdapat jejak-jejak mesin. Meski demikian tidak berarti bahwa pekerja kriya tidak mempergunakan mesin dalam membuat karya-karya. Seorang pembuat kain tenun tentu saja masih memerlukan alat tenun, demikian juga pembuat keramik memerlukan alat pemutar dan tungku pembakaran.
Pabrik memungkinkan terlaksananya produksi barang yang sama secara masal dan karena cara memproduksi barang seperti itu merupakan satu cara yang dominan yang terdapat di negara-negara berkembang, maka kriya menjadi semacam fenomena residual, suatu anakronisme atau suatu upaya untuk tetap bertahan hidup. Semakin terbelakang suatu masyarakat, baik dalam segi teknologi maupun industri, maka dalam kehidupan sehari-harinya mereka akan sangat tergantung pada kriya. Semakin besar ketergantungannya pada kriya dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya maka mereka akan terus memaikan peran yang sangat penting di negara-negara dunia ketiga (Third Word). Di negara-negara maju, kriya cenderung menjadi bagian dari suatu kemewahan dan pasar cinderamata.
Tampaknya kriya ditakdirkan untuk menjadi punah. Tetapi, hal tersebut tidaklah benar, karena kriya masih tetap memegang peranan dalam dunia industri yaitu pada tahap-tahap awal suatu produksi seperti tampak pada pembuatan model (model making) atau prototype. Lebih jauh lagi, kebangkitan kembali kriya berlangsung secara berkala sebagai suatu reaksi perlawanan terhadap barang-barang (consumer goods) yang dibuat oleh mesin, murah, dan mengikuti standar-standar tertentu (standardized). Barang-barang yang dibuat dalam jumlah yang sangat terbatas (individualistic items) yang dikerjakan dengan tangan dan terbuat dari bahan-bahan yang sangat baik memiliki daya tarik yang kuat, terutama bagi masyarakat golongan menengah yang mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi dan menghendaki adanya jarak antara dirinya dengan orang kebanyakan yang tergantung pada barang-barang yang dijual secara massal. Ketertarikan masyarakat terhadap kriya bukan semata-mata keangkuhan sosial (social snobbery). Ketertarikan tersebut terjadi karena adanya perangkat nilai (set of value) yang berbeda: yaitu kejujuran material, keinginan terhadap bahan-bahan alamiah sebagai perlawanan terhadap bahan-bahan sintetik, penghargaan terhadap keterampilan tangan atau workmanship, peran dari imajinasi serta kesatuan antara kerja mental (mental labour) dan kerja tangan (manual labour). Langkah-langkah dasar dalam proses desain adalah sebagai berikut:
1.    Menentukan tujuan: bertujuan untuk memfokuskan usaha-usaha, mengambil berbagai media yang memungkinkan, dan mengurangi langkah yang tak perlu. Suatu tujuan (goal) yang terlalu umum akan menimbulkan sederet kemungkinan, menumpuknya hal-hal yang tak relevan, dan mendorong timbulnya suatu arah yang tidak terfokus.

2.    Mempertimbangkan faktor luar yang mempengaruhi: Seorang perancang atau desainer harus mempertimbangkan siapa pemakai rancangannya (users), iklim, daya beli (budget), peristiwa (occassion), tempat/lokasi dan sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor luar dari pemakai (users) dan merupakan kondisi yang akan menentukan karakteristik produk. Faktor-faktor itu harus dipertimbangkan sebelum produk itu jadi, karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi produk akhir.

3.    Mengembangkan kriteria: Informasi-informasi dan kondisi mengenai pemakai (users) akan menentukan kriteria-kriteria ancaman apa yang harus dipenuhi oleh si produk akhir itu. Harus bagaimana atau harus seperti apa agar produk itu sesuai atau memenuhi kebutuhan pemakai. Agar berhasil dengan baik si produk itu harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan untuk si produk tersebut. Sekali tujuan telah ditentukan, maka faktor-faktor luar tadi harus tetap diperhitungkan, kriteria-kriteria pun terbentuk, dan sebagian besar dari mendesain telah dilaksanakan.

4.    Membuat perencanaan: Pada langkah ini termasuk di dalamnya adalah pemilihan bahan-bahan yang spesifik serta perencanaan mengenai penerapan/pengolahan/penyusunan unsur-unsur desain dan prinsip-prinsip desain agar memenuhi kriteria yang telah ditentukan tadi.

5.    Melaksanakan perencanaan: mewujudkan perencanaan menjadi suatu produk.
6.    Mengevaluasi produk: Ketika produk sudah selesai sesuai dengan tujuan dan perencanaan, kemudian dipakai/dipergunakan, penampilannya/kinerjanya (performance) dapat dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

B.    Jenis Desain Tekstil
Desain tekstil dapat dibedakan menjadi 2 jenis bagian:
1.    Desain Permukaan (Surface Design)
Desain permukaan merupakan menciptakan, merancang, dan membuat sesuatu bentuk motif yang berbentuk dua dimensi diatas permukaan kain. Desain permukaan umumnya diproses pada kain yang bewarna putih polos dengan menggoreskan berbagai macam motif dan warna sehingga kain tersebut memiliki keindahan, keunikan, dan kekhasan tersendiri. Bentuk wujud dari desain permukaan, antara lain: Batik tulis, Batik cap, sablon, hand painting, sulaman bordir, dan lain sebagainya.

2.    Desain Struktur (Structural Design)
Desain struktur merupakan merancang atau menciptakan sesuatu bentuk corak yang dihasilkan melalui persilangan dan perpaduan benang pakan dan lungsi dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Sehingga corak tersebut tercipta oleh karena kesatuan benang pakan dan lungsi yang disusun secara terstruktur dan sistematis. Sebelum proses tenun dilakukan biasanya benang pakan ataupun lungsi telah diberi warna, sehingga dari susunan benang yang bewarna tersebut dapat menghasilkan bentuk-bentuk corak yang diinginkan oleh konsumen ataupun pengrajin. Produk-produk yang telah dihasilkan melalui proses desain struktur, antaralain: Tenun songket, rajutan, anyaman, dan lain sebagainya.

C. Pewarnaan
Warna yang diterapkan pada desain tekstil yakni: warna primer, sekunder, tersier, dan monokromatik. Warna primer (hue) yakni, warna-warna yang tidak bisa dibuat dengan warna yang lain sebagai bahannya. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru. Warna sekunder, yakni warna-warna yang dapat dibuat dengan campuran antara dua warna primer, seperti: merah bersama kuning menjadi orange, kuning bersama biru menjadi hijau, dan biru bersama merah menjadi unggu. Warna tersier dibuat dengan warna sekunder dicampur dengan warna primer yang bukan komplemen dari warna itu, seperti:
Merah dengan oranye menjad
i oranye kemerahan,
Merah dengan unggu menjadi unggu kemerahan,
Kuning dengan oranye membuat oranye kekuningan,
Kuning dengan hijau membuat hijau kekuningan,
Biru dengan hijau membuat hijau kebiruan,
Biru dengan unggu membuat unggu kebiruan.  
Jumlah warna-warni yang dapat dibuat dengan campuran-campuran warna tidak ada batasnya. Hasilnya tergantung bukan hanya dari jenis warna yang dipakai tetapi juga dari banyaknya zat warna dari masing-masing elemen yang disertakan.

Lingkaran warna-warni
Warna-warni primer, sekunder, dan tersier bisa disusun dalam suatu lingkaran. Warna-warni yang dalam lingkaran itu berposisi silang berhadapan dirasakan cocok untuk dikombinasikan (dipakai berdampingan, bukan dicampur) disebut warna komplementer (saling mengisi) (Djelantik,1999:32-39)
Berdasarkan persepsi psikologis, bahwa warna dapat mengandung makna tertentu bagi kehidupan manusia. Contohnya, warna merah yang menggambarkan panas, kegembiraan, dan kegiatan saat baik untuk menimbulkan suasana hangat. Warna kuning merupakan warna matahari. Percobaan-percobaan psikologis membuktikan bahwa warna ini adalah warna yang paling menyenangkan dan merangsang mata ataupun syaraf. Warna biru adalah warna langit dan laut luas sehingga menimbulkan suasana adem. Percobaan-percobaan psikologis menunjukkan bahwa warna ini mengurangi ketegangan otot. (Liang Gie, 1996:46)

BAB 2
Anyaman dan Tenun

Beberapa macam jenis anyaman, yakni:
-    Anyaman Polos (plat), yakni:

Anyaman yang bentuknya persegi panjang. Ini banyak dipakai untuk kain blacu, kain piama, sarung, dan sebagainya.

-    Anyaman Keper (twill), yakni:

Anyaman yang bergaris-garis miring. Dipakai untuk kain-kain drill, taplak meja, dan sebagainya.

-    Anyaman satin, yakni:

Anyaman yang licin dan mengkilap. Dipakai untuk kain gordijn jacquard, untuk pakaian wanita dari sutera, dan sebagainya.

Anyaman Polos


Anyaman keeper (Corak Garis Gelombang)
Ayaman Polos 1/1                Ayaman Keeper 1/3
                           
    X    X    X        X    X    X     
X        X    X    X        X    X     
X    X        X    X    X        X     
X    X    X        X    X    X         
    X    X    X        X    X    X     
X        X    X    X        X    X     
X    X        X    X    X        X     
X    X    X        X    X    X      
       
satin pakan 4/1

Bab 3
    Kain Jumputan  
1.    Pengertian
Celup ikat adalah motif gambar yang terbentuk pada bidang kain akibat dari perintangan warna melalui diikat, dijelujur, dilipat pada bagian-bagian tertentu dari permukaan kain sesuai dengan pola yang diinginkan untuk kemudian dicelup ke dalam zat pewarna, sedangkan proses ikat mengikat ini disebut nali yang dilakukan pada permukaan kain. (Indonesia Indah 4, 1995:48). Pembentukan motif dengan cara ini merupakan teknik perintangan warna pada kain untuk mendapat efek gambar tertentu dengan pengikat seperti tali, karet, rafia, benang tebal, dan lain-lain. Celup ikat memiliki beragam jenisnya yaitu pelangi, jumputan, dan tritik.
Kain dengan nama pelangi pada hakekatnya adalah kain jumputan dengan tata warna dan ragam hias yang lebih bervariasi. Proses pembuatannya lebih rumit dan dapat dibagi dalam 2 tahap:
-    Tahap pertama, sama dengan proses pembuatan kain jumputan, tetapi bidang yang diikat dengan tali lebih besar dari kain jumputan.
-    Tahap selanjutnya, adalah setelah kain diwarnai, mengisi atau mewarnai bidang yang putih dengan coletan menurut selera dengan berbagai warna dan corak.
Kain yang dibuat dengan cara ikatan rintang biasa disebut kain jumputan. Selain dengan ikatan, untuk mendapatkan variasi corak bisa ditambah atau digunakan jenis biji-bijian atau benda lainnya.
Teknik ikatan dapat digolongkan atas ikatan dasar dan ikatan kombinasi:
-    Teknik Ikatan Dasar, ini dibagi dalam:
a.    Ikatan Tunggal
b.    Ikatan Ganda
c.    Ikatan Silang

-    Teknik Ikatan Kombinasi
Cara pembentukan corak dengan cara menjahit atau menyimpul secara menyilang bagian-bagian tertentu dari permukaan kain disebut jenis kain tritik. Corak yang timbul adalah akibat perintangan warna oleh benang-benang atau bahan lain yang dijahitkan pada kain, dengan variasi jarak berbeda. Istilah tritik karena coraknya berupa titik-titik yang membentuk corak gambar tertentu.
Wujud keindahan dari celup ikat pada dasarnya tidak berasal dari berapa banyaknya ikatan dapat dilakukan, namun disesuaikan dengan hubungan antara satu ikatan yang dicelup. (Indonesia Indah 4, 1995:51) Hasil dari proses mempertahankan bidang-bidang permukaan artinya dengan cara mencelupnya, memilin, melipat, atau menjahitnya sehingga celupan tidak lagi berpenetrasi atau menembus, sedangkan bidang lainnya dapat dibiarkan begitu saja bahkan dilonggarkan agar dapat diwarna. Kain akan menyerap warna kecuali bagian-bagian yang diikat, dengan demikianlah terbentuklah pola-pola yang diinginkan.
2.    Proses Ikat Celup
Jack L. Larsen (1976:37) menyebutkan ada 3 teknik ikatan dasar yang dikenal, yaitu:
a)    Ikatan tunggal : Teknik ikatan tunggal dilakukan dengan cara memberikan ikatan pada kain dengan satu kali ikatan saja, sehingga didapat satu motif ikatan.      

b)    Ikatan ganda : Pada teknik ikatan ganda, kain diberi ikatan lebih dari satu ikatan sehingga didapat motif ikatan lebih dari satu atau ganda.
  
Gambar 2.2. Teknik dan Motif Ikatan Ganda

c)    Silang : Pada teknik ikatan silang, ikatan dilakukan secara menyilang sehingga didapat motif ikatan dalam bentuk menyilang satu dengan yang lainnya.

Sasirangan
Sasirangan adalah kain tradisional yang dibuat menggunakan teknik jelujur dan ikat kemudian ditarik dan dicelup dengan zat warna sehingga menimbulkan motif tertentu pada kain. Motif-motif tersebut terbentuk karena adanya bahan perintang yang dijelujur sesuai dengan bentuk motif sehingga menghalangi masuknya zat warna ke dalam serat.  Teknik dasar pembuatan sasirangan adalah dengan menjelujur motif  yang telah digambar pada kain, kemudian benang jelujuran tersebut ditarik sehingga terjadi kerutan. Selanjutnya kain dicelup ke dalam larutan zat warna, dikeringkan, dan dibuka jelujurannya sehingga menghasilkan motif.
 
Corak kain sasirangan didapat dari teknik jelujur dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul. Dalam pembuatan kain sasirangan, bahan perintang berupa benang yang dijelujur harus ditarik semaksimal mungkin sehingga menghasilkan kerutan yang padat. Kerutan yang padat dapat menutupi motif yang dibentuk dari masuknya zat warna dalam proses pencelupan.
Macam-macam hasil corak dari teknik ikatan kombinasi:
v    Ikatan Kombinasi corak polos
Bahan dibentuk dan ditutup dengan plastik pada bagian-bagian yang direncanakan tidak berwarna, setelah itu dilakukan ikatan diatasnya, yang berbentuk ikatan silang. Selain membentuk corak ikatan, ikatan kombinasi tersebut berfungsi untuk memperkuat pegangan plastik pada kainnya. Setelah pewarnaan maka tampak bahwa corak yang terjadi adalah polos.

v    Ikatan kombinasi corak polos dan lingkaran
Selain pembentukan corak polos bahan atau kain dapat diberi corak dengan menampilkan corak polos tersebut, yang dikombinasikan dengan corak-corak bentuk lingkaran. Caranya adalah sebagai berikut:
Bahan yang diinginkan bermotif didalam ikatan tetap ditutup dengan plastik atau sejenisnya, sedangkan pada bidang-bidang lain untuk motif-motif berbentuk lingkaran digunakan ikatan langsung memakai tali atau rafia, seperti yang tampak pada gambar dibawah ini:

v    Teknik ikatan kombinasi dengan lipatan.
Prinsipnya dalam teknik ini adalah karena ikatan dengan efek-efek yang timbul karena ikatan dengan efek-efek dari cara lipatan. Teknik lipatan merupakan cara khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu dengan melipat-lipat bahan yang akan diberi corak.

v    Teknik Tritik
Corak yang timbul adalah akibat perintangan warna oleh benang-benang atau bahan lain yang dijahitkan pada kain, dengan variasi jarak yang berbeda (2-2 mm, 1-2 mm, 2-3 mm, 3-3 mm). Tritik coraknya berupa titik-titik yang membentuk corak gambar tertentu, cara membuat perintangan pada kain:
-    Bahan / kain dipola
-    Dijahit dengan variasi jarak tertentu
-    Kain dirapatkan sehingga membentuk kerutan-kerutan, yang dilakukan setiap panjang kurang lebih 10 cm, untuk menghindari putus benang, dengan cara menarik dan mengikat benang jahitnya.

a.    Setelah kain jumputan / ikat celup tersebut dibentuk, maka dilakukan pencelupan ke warna tekstil yang bersuhu 80 derajat celcius melalui proses perebusan kain di dalam paci atau baskom.

b.    Kain yang sudah beri warna tersebut kemudian dilakukan pembilasan ke dalam ember yang berisikan air dingin.

c.    Proses penjemuran dan penirisan air yang dibawa oleh kain jumputan.

d.    Proses pembukaan ikatan-ikatan secara keseluruhan dan menghasilkan berbagai macam bentuk motif yang diinginkan. Demikian proses pembuatan kain ikat celup secara bertahap dan manual sehingga menghasilkan motif-motif etnik.

Material Pembuatan jumputan Pelangi
Bahan-bahan yang harus disiapkan  sebelum memproses kain polos menjadi jumputan pelangi, yaitu:
1.    Pemilihan kain putih polos
Dalam membuat kain tradisional jumputan pelangi, sebaiknya menggunakan salah satu dari berbagai macam bahan-bahan berserat alami, seperti: kapas, sutera, ataupun serat nenas.
-    Serat kapas jika diproses menjadi kain polos menghasilkan lembaran-    lembaran kain katun. Sifat dasar kain katun murni adalah: memiliki daya serap air yang baik, tebal, statis, pegangannya lembut, tidak luntur,dan mudah kusut.
-    Serat sutera murni diproses menjadi kain polos yang menghasilkan kain sutera. Sifat dasar kain sutera, adalah: pegangannya lebih halus sehingga menimbulkan bunyi khas gemerisik, memiliki daya serap air yang baik, statis, tipis, tidak luntur dan tidak mudah kusut.
-    Serat nenas murni diproses menjadi kain polos yang mengahasilkan kain organdi. Sifat dasar kain organdi, adalah: pegangannya kasar, statis, transparan (menerawang), kaku, tebal, mudah kusut, dan memiliki daya serap air yang baik
2.    Tali plastik yang telah dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan motif.
3.    Jarum jahit atau jelujur yang memiliki lobang besar.
4.    Pensil 2b dan selembar kertas karton tebal sebagai alat pencetak bentuk-bentuk motif.
5.    Ember berukuran sedang 2 buah. Ember pertama dan kedua  tempat air biasa digunakan tempat pembilasan jumputan pelangi.
6.    Kompor masak digunakan untuk memasak zat pewarna kain dalam proses pencelupan kain.
7.    Panci berukuran sedang digunakan untuk pencelupan kain dalam rebusan pewarna kain dan sendok kayu berukuran panjang 40 cm guna untuk mengaduk kain hingga merata.
8.    Alat penyetrika kain.

Pewarna tekstil yang digunakan dalam proses pencelupan kain jumputan adalah:
-    Zat warna reaktif / Procion

Zat warna ini larut dalam air. Warnanya cerah dengan ketahanan yang baik, kecuali terhadap kaporit. Warna menonjolkan atau banyak digunakan pada zat warna reaktif yaitu: kuning, orange, merah, biru, violet, dan abu-abu. Zat warna reaktif kebanyakan digunakan untuk pencelupan serat selulosa, protein, poliamida (nylon) dan untuk pencapan pada serat selulosa. Bahan pendukung dari zat warna reaktif tersebut adalah zat asam atau cuka makan. Untuk 2 meter kain jumputan dibutuhkan 10 / 0,5 gram / atau 1 sendok teh zat warna reaktif dengan kadar air sebanyak 2 liter dan ditambahkan dengan zat asam atau cuka sebanyak setengah sedok makan.

Untuk zat warna Procion digunakan obat-obat pembantu antara lain soda ash (soda abu), garam dapur, pembasah Matexil WA-HS, Matexil FC-PN (nama lama FIXANOL PN) dan Lissapol NW.

Zat warna Procion dapat untuk coletan maupun celupan. Untuk coletan dipakai sebagai obat fixasinya waterglas seperti pada zat warna Remazol, hanya disini cukup menggunakan waktu fixasi 30 menit, jadi lebih cepat.

Procosion dingin dalam nama perdagangannya selalu menggunakan kode MX, sebagai contoh:
Procion Orange MX-2 R    : Orange dingin - warna orange banyak ke arah      merah (2R = 2 Red).
Procion Yellow MX-8G    : Kuning, dingin – warna kuning banyak sekali kearah hijau (8G = 8 Green)
Procion Red MX-8B    : Merah, dingin – warna merah banyak ke arah / mengandung warna biru (8B = 8 Blue) = siklaam

Zat warna Procion untuk coletan.

Resep umum : 50 gr/L (2,5 gr/50 cc). Cat Procion. Pembasah : 3-5 cc/L (5 tetes/50 cc) Fixasi dengan waterglass seperti pada pemakaian Remazol.
Cara kerja:
-    Zat warna di pasta dengan air dingin
-    Untuk painting / batik painting dengan direct bruhsing method dapat digunakan pengental yaitu Manutex RS.
-    Ditambah air dingin sampai jumlah yang diperlukan dan diaduk.
-    Setelah campuran tadi rata, baru pembasah dimasukkan (Matexil WA-HS).
-    Dicoletkan
-    Hasil coletan dikeringkan, sampai kering benar.
-    Difixasi dengan waterglass dengan coletan juga.
-    Ditunggu 30 menit.
-    Dicuci, selesai.

Proses Zat warna Procion/reaktif untuk celupan:
Resep umum:
Untuk warna muda    : 3-5 gr.cat / L
Untuk warna Tua        : 20-25 gr /L
Pembasah atau air    : 3-5 CC/L
Garam dapur        : 50 gr/L
Soda abu            : 20 gr/L
Cara kerja:
-    Zat warna dipasta dengan air dingin dan diaduk sampai rata.
-    Dimasukan ke dalam bak celup yang sudah diisi dengan jumlah air yang diperlukan (untuk 1 potong kain digunakan larutan pencelup 3 liter).
-    Tambahkan pembasahnya sambil diaduk rata.
-    Kain yang akan dicelup dimasukkan.
-    Kain dapat masuk kering, dengan syarat digerak-gerakan cepat-cepat dan diratakan cepat-cepat juga. Untuk ini pembasah dimasukkan seluruhnya ke dalam larutan pencelupan. Dapat juga kain sebelum dicelup dibasahi dulu dalam bak terpisah yang sudah diisi air 2 cc pembasah, kemudian ditiris, sampai tiris betul, baru kemudian dimasukkan ke dalam larutan pencelup. Sesudah 10 menit tambahkan garam dapur, yang sebelumnya sudah dilarutkan dengan sebagain dari larutan pencelup. Sebelum larutan garam ini dimasukkan kain diambil dahulu dari bak celup dan digantung di atas bak celup. Memasukkannya larutan garam sambil diaduk rata, kemudian kain dimasukkan lagi.
-    Setelah 15-20 menit tambahkan soda abu. Caranya seperti waktu menambahkan garam dapur tadi, kain dicelup / direndam selama 1 jam.
-    Dicuci, selesai.
Pencucian setelah dicolet atau dicelup:
    Setelah waktu yang diperlukan untuk pencelupan habis atau coletan sudah di fixasi selama 30 menit, hasil celupan / coletan dicuci.
Cara mencucinya mula-mula dengan air dingin, jika mungkin lebih cepat bila air tersebut dalam keadaan mengalir, mencucinya sampai tidak ada warna / sedikit warna yang keluar. Kemudian dicuci dengan air yang diberi Lissapol NW 2 cc/L, untuk membuat mengkilap, pengerjaan dengan Lissapol ini akan lebih efektif bila dalam keadaan panas.
Pekerjaan terakhir adalah merendam dalam larutan dingin Matexil FC-PN 2 cc/L. Selama kurang lebih 5 menit lalu dibilas dengan air dingin. Perendaman dalam Matexil FC-PN ini dimasukkan untuk menambah daya tahan cuci dan untuk mempercepat pencucian setelah pengerjaan dengan Lissapol.
-    Zat warna pigmen  (sari warna)

Zat warna ini tidak larut dalam air. Dalam penggunaanya diperlukan bantuan resin pengikat. Warnanya cerah, sedangkan ketahanan gosok dan sinar kurang. Kebanyakan digunakan untuk pencapan pada serat kapas dan poliester terutama campurannya kedua serat tersebut. Zat warna ini dipakai untuk proses pencoletan pada jumputan pelangi. Bahan pendukung dari zat warna pigmen adalah TS dan binder. Fungsi zat kimia TS adalah pengental atau pengikat warna pigmen sedangkan fungsi binder adalah bahan pencair zat kimia TS.

1.    Teknik Pembuatan Jumputan Pelangi

Tahapan-tahapan pembuatan jumputan pelangi, yaitu:

1.    Membuat motif diatas permukaan kain putih polos dengan menggunakan cetakan  kertas karton tebal yang telah dibentuk sesuai dengan motif masing-masing.
2.    Dilakukan proses penjelujuran, penyerutan, dan pengikatan- pengikatan tali plastik atau tali rafiah pada motif.
3.    Proses pencampuran pewarna tekstil dengan air biasa kedalam panci. Ukuran pewarna tekstil dengan air berkisar 1:2.
4.    Proses pencelupan kain ikat ke dalam zat pewarna kain yang telah panas. Ukuran panasnya air zat pewarna tekstil sekitar 80 derajat celcius.
5.    Penjemuran kain ikat selama 3 jam. Proses penjemuran dilakukan secara diangin-anginkan atau dijemur ditempat yang sejuk.
6.    Lalu dilakukan pelepasan ikatan kain dengan menggunakan tangan dengan cara hati-hati.
7.    Pembilas kain dengan menggunakan air biasa dengan 2 tahap. Pembilasan kain sebaiknya dilakukan dengan cara merentang.
8.    Setelah dilakukan pembilasan, kain tersebut dijemur hingga kering.
9.    Kain tersebut di bentangkan diatas papan triplek sebesar ukuran kain tersebut. Lalu setiap ujung kain diberi paku kecil atau paku kayu. Agar pada saat proses pencoletan motif kain tersebut tidak bergeser. Proses pencoletan motif menggunakan zat pewarna pigmen.
10.    Kain yang telah dicolet tadi, kemudian dijemur kembali hingga kering.
11.    Kain putih polos tadi telah menghasilkan motif jumputan pelangi yang memiliki ragam hias estetik. Setelah jumputan pelangi kering lalu dilakukan proses penyetrikaan dengan panas 30 derajat celcius.
12.    Kain jumputan pelangi tersebut telah siap untuk dijadikan berbagai macam produk siap pakai oleh para konsumen. 
2.    Aplikasi Jumputan Pelangi sebagai Karya Seni

Jumputan pelangi biasanya dikenakan oleh wanita dewasa sebagai sarung (tajung), kebaya jumputan, dan selendang (sewet) yang dikemas dalam satu style atau satu set. Secara peralahan-lahan jumputan pelangi di produksi menjadi kemeja pria, sehingga munculnya istilah jumputan pelangi bapak-ibu. Maksud dari istilah jumputan pelangi bapak-ibu adalah kain yang diproduksi serangkaian, seragam, atau satu set produk jumputan pelangi yang motifnya sama atau kembar.
Di tahun 1990- an, jumputan pelangi berkembang pesat dalam penerapannya yaitu:
 -    Kain sarung jumputan pelangi dibentuk menjadi produk busana, seperti rok panjang yang menutupi mata kaki wanita.
-    Kain jumputan pelangi di produksi menjadi asesoris sovenir, seperti: kipas tangan, gantungan kunci, sendal, dompet wanita, topi pria (Tanjak), dan sebagainya.

-    Jumputan pelangi di produksi menjadi perlengkapan desain interior, seperti: produk taplak meja, tirai, sarung bantal sofa, sprei (bed cover), sarung bantal kepala, sarung bantal guling, dan sapu tangan.

LAMPIRAN 1
PROSES PEMBUATAN JUMPUTAN PELANGI PALEMBANG
Proses penjelujuran ragam hias atau motif
  Motif bintik-bintik yang telah diikat
 Hasil pencelupan warna kain jumputan pada saat penjemuran
Proses pelepasan ikattan tali pada bagian motif
Aplikasi jumputan pelangi pada produk busana dan tas wanita

Bab 4
BATIK TULIS dan BATIK CAP

1.    Pengertian
Batik adalah kain hasil pewarnaan rintang menurut corak-corak khas Indonesia, dengan lilin batik sebagai zat perintang.

Perbedaan Batik Tulis dan Cap

Batik Tulis

1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.

2. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas,sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.

3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.

4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).

5. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya

6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.

7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.

8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Batik Cap
1.   Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehinggagambarnampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
3.    Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
4.   Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
5.     Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap.  Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
6.    Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5   tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
7.    Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

Disamping adanya perbedaan dari sisi visual antara batik tulis dan batik cap, namun dari sisi produksi ada beberapa kesamaan yang harus dilalui dalam pengerjaan keduanya. Diantaranya adalahsbb:

* Keduanya sama-sama bisa dikatakan kain batik, dikarenakan dikerjakan dengan    menggunakan bahan lilin sebagai media perintang warna.

* Dikerjakan hampir oleh tangan manusia untuk membuat gambar dan proses pengerjaan buka tutup warnanya.

* Bahan yang digunakannya juga sama berupa bahan dasar kain yang berwarna putih, dan tidak harus dibedakan jenis bahan dasar benangnya (katun atau sutra) atau bentuk tenunannya.
* Penggunaan bahan-bahan pewarna serta memproses warnanya sama, tidak ada perbedaan antara batik tulis dan batik cap.

* Cara menentukan lay-out atau patron dan juga bentuk-bentuk motif boleh sama diantara keduanya. Sehingga ketika keduanya dijahit untuk dibuat busana tidak ada perbedaan bagi perancang busana atau penjahitnya. Yang membedakan hanya kualitas gambarnya saja.

* Cara merawat kain batik (menyimpan, menyuci dan menggunakannya) sama sekali tidak ada perbedaan.

* Untuk membuat keduanya diperlukan gambar awal atau sket dasar untuk memudahkan dan mengetahui bentuk motif yang akan terjadi.

2.    Proses Pembuatan Kain Batik Kerokan
Pembuatan kain batik secara kerokan adalah suatu proses pembuatan kain batik yang dahulu banyak dikerjakan sebelum dikemukakan proses-proses lain. Proses ini menggunakan cara mengerok, artinya menghilangkan lilin pada tempat-tempat (bagian-bagian) yang nantinya akan diberi warna coklat (soga). Alat untuk mengerok disebut “cawuk” yang berupa pisau dibuat dari potongan kaleng dimana salah satu bagian dibuat tajam. Secara melengkung menurut bagian yang tajam.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi bagaimana terjadinya kain batik, maka dibawah ini diberikan keterangan lebih lanjut tentang maksud, tujuan, dan arti dari tiap-tiap tingkatan pengerjaan dalam proses pembuatan kain batik.

1.    Mencuci
Pada tingkat pekerjaan yang pertama ini mula-mula dari mori perlu dihilangkan dahulu kanji aslinya dengan merendamnya selama semalam dalam air bersih. Kemudian pada pagi harinya dikeprok (dicuci) hingga kanji aslinya hilang seluruhnya.

2.    Menganji
Kain-kain putih yang telah bersih dari kanji aslinya kemudian, tanpa dijemur lebih dahulu, diberi dasaran kanji dengan ukuran tertentu. Bagi tiap kain dibutuhkan 10-20 gram kanji yang dilarutkan dalam ½ liter air.
Selanjutnya kain dijemur di sinar matahari. Maksud dan tujuan penganjian ialah:
-    Menjaga agar benang-benang pada kain putih jangan sampai mudah bergerak lagi bila nanti cicap.
-    Menjaga agar lilin yang panas nanti jangan terus meresap ke bagian “terusan” sehingga hasil kainnya kurang baik.

3.    Ngemplong
Kain putih yang telah dikanji dan telah kering kemudian digulung menurut lebar, kemudian ditempatkan di atas kayu yang kuat dan berserat halus untuk selanjutnya dipukul berulang-ulang dengan alat pemukul dari kayu pula.
Pemukulan ini haruslah dikerjakan secara berulang-ulang sampai kain putih menjadi rata dan halus. Pekerjaan mengemplong ini tidak dapat diganti dengan cara menyetrika, karena meratakan secara demikian akan menyebabkan kesulitan untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya.

4.    Menglowong
Mencap / membatik klowong secara:
-    Ngengreng
Ngengreng ialah memberi gambaran atau corak dengan jalan mencap dengan lilin pada salah satu penampang (permukaan).

-    Nerusi
Setelah kain putih selesai dicap pada salah satu permukaan-nya, maka dimulai dengan mencap permukaan yang lain tepat di atas gambaran pengecapan pertama yang dapat terlihat dari permukaan kedua ini.
Gambaran lilin atau corak klowong yang didapatkan secara ngengreng dan nerusi ini kelak akan menjadi gambaran sogan (coklat), kecuali gambaran yang digunakan sebagai batas bagian “tembokan”.

5.    Nembok
“Nembok” ialah menutup dengan lilin gambaran-gambaran yang dikehendaki tetap berwarna putih. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan jalan mencap atau membatik.

6.    Medel (memberi warna biru)
Kain putih yang telah selesai di “klowong” dan di “tembok” kemudian dicelup ke dalam bak berisi larutan Indigo atau Nila yang dicampur dengan kapur dan tunjung. Bagian-bagian kain yang tidak tertutup lilin setelah pencelupan selesai akan menjadi biru.

7.    Ngerok (melepaskan lilin klowong)
Lilin dari rengrengan dan terusan (lihat 4a dan b) harus dihilangkan untuk kelak dapat diberi warna soga (coklat).
Menghilangkan ini disebut “ngerok” atau “ngerik”, yang dikerjakan dengan tangan.

8.    Mbironi (menutup bagian warna yang diinginkan tetap biru dan putih)
Kain-kain yang telah selesai dikerok, kemudian pada bagian-bagian yang dikehendaki tetap berwarna biru dan putih, perlu ditutup dengan lilin, agar jangan sampai kemasukkan warna lain. Pekerjaan mbironi biasanya dilakukan dengan canting tulis.

9.    Nyoga (menyoga)
Kain-kain yang telah selesai dibironi kemudian satu demi satu dimasukkan dalam soga agar mendapatkan warna coklat pada bagian bekas kerokan.

10.    Melorod
Melorod ialah tingkatan pekerjaan terakhir di mana kain-kain yang telah selasai disoga dimasukkan ke dalam “keceng” yang berisi air mendidih, dengan tujuan melepaskan semua lilin yang masih ketinggalan pada kain. (balai besar penelitian dan pengembangan industri kerajinan dan batik yogyakarta:1990)

Proses pembuatan batik secara garis besar dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
v    Proses Pendahuluan
Adalah proses pelekatan lilin pada kain sesuai dengan pola yang dikehendaki, baik dikerjakan secara tulisan tangan maupun dengan cap batik atau dengan cara lain misalnya dengan kwas dan lain-lain.

v    Proses Membatik
Adalah proses pelekatan lilin pada kain sesuai dengan pola yang dikehendaki, baik dikerjakan secara tulisan tangan maupun dengan cap batik atau dengan cara lain misalnya dengan kwas dan lain-lain.

v    Proses Pewarnaan
Adalah proses pemberian warna pada bidang kain yang tidak tertutup oleh lilin batik dimana dapat dilakukan dengan cara pencelupan atau cara coletan (dengan alat kwas yang berasal dari rotan).

v    Proses penghilangan lilin
Adalah proses penghilangan sebagian atau keseluruhan lilin yang melekat pada kain: proses ini dapat dilakukan pada pertengahan pewarnaan atau akhir pewarnaan dengan cara kerokan maupun cara lorodan, tergantung dari macam proses yang akan dikerjakan.

3.    Peralatan Batik Tulis

Jenis-jenis peralatan dan bahan batik tulis secara umum, antaralain:

·  Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
     
·  Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
   
·  Canting sebagai alat pembentuk motif,
Sebagai alat untuk melukis batik, canting dibedakan menjadi beberapa macam, canting menurut fungsinya, canting menurut besar kecilnya cucuk, dan canting menurut banyaknya cucuk atau carat.

1.    Canting Menurut Fungsinya

* Canting Rengreng,
Canting batik ini mempunyai cucuk tunggal dan tidak terlalu besar, diameter 1-2.5 mm. Fungsinya untuk membuat pola pertama pada batik tulis atau terkenal dengan istilah merengreng. Pola pertama atau dasar tidak terlalu rumit karena belum ada isian maupun tembokan atau pulasan pada kain.

* Canting Isen
Canting batik isen mempunyai cucuk tunggal dan banyak sesuai dengan motif yang diinginkan, diameter canting ini lebih kecil 0.5-1.5 mm.

2.    Canting Menurut Ukurannya
* Canting Cucuk Kecil
Canting bercucuk kecil digunakan untuk membuat isen pada pola batik yang telah direngreng.

* Canting Cucuk Sedang
Canting ini digunakan untuk membuat pola pertama sebagai pola dasar dalam pembuatan batik tulis.

* Canting Cucuk Besar
Digunakan untuk membuat pola-pola yang berukuran besar. Pola tersebut dipilih untuk membuat perbedaan antara pola utama dan pola tambahan. Tapi tidak semuanya pola diperlakukan seperti itu karena akan memakan waktu yang lebih lama untuk memilih pola yang akan diperbesar. Di daerah Trusmi, Cirebon canting ini digunakan untuk membuat tembokan atau pulasan pada kain, biasanya ujung cucuk ditambah dengan balutan kain sehingga diameter yang didapat lebih besar.
3.    Canting menurut banyaknya cucuk atau carat

* Canting Cecekan
Canting ini tergolong canting isen yang mempunyai carat tunggal. Fungsinya sebagai pembuat titik-titik isen atau isen lainnya seperti isen ukel, pada motif batik.

* Canting Loron
Diambil dari kata loro ( jawa ) atau dua, yang berarti canting ini mempunyai cucuk dua atas dan bawah. Fungsinya untuk membuat garis rangkap pada pola batik seperti batasan pada bogem.

* Canting Telon
Canting telon mempunyai cucuk tiga berbentuk segitiga sama sisi. Fungsinya untuk membuat pola isen yang berbentuk segitiga.

* Canting Prapatan
Bentuk canting prapatan cucuknya mempunyai empat buah dengan titik pola segi empat. Fungsinya sama seperti canting isen lainnya sebagai pembuat pola isen sehingga menghasilkan pola segi empat.

* Canting Liman
Mempunayai cucuk lima dengan titik bebrbentuk linggaran. Satu sebagai pusatnya dan keempatnya mengelilingi pusat.

* Canting Byok
Canting ini cucuknya berjumlah tujuh atau lebih baisanya jumlahnya ganjil. Fungsinya untuk membuat lingkaran

* Canting Galaran
Canting galaran atau renteng mempunyai mata cucuk yang berbaris dari atas kebawah, jumlahnya empat atau lebih, biasanya berjumlah genap.
     Kain Katun
Kain yang biasa dijadikan kain batik adalah kain putih yang disebut kain mori, atau nama lainnya adalah muslim atau cambric. Kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau tiruan, namun katun lebih banyak digunakan. Mori dari katun berdasarkan kehalusannya terdiri atas 4 golongan yaitu:

a.    Primissima, golongan yang sangat halus
Kata ‘Primissima’ mungkin berasal dari kata primus atau prima yang artinya kelas satu. Mori yang paling halus ini biasanya digunakan untuk membuat batik tulis, jarang digunakan untuk batik cap. Mori golongan ini dulu diimport dari Belanda dan Jepang. Sejak 1970 di Indonesia juga didirikan pabrik yang memproduksi yang kualitasnya mendekati golongan Primissima.

b. Prima, golongan yang halus
Kata ‘Prima’ juga berasal dari kata prime atau kelas satu. Seperti golongan pertama, kain  ini biasa didapatkan secara import, namun kini Indonesia sudah memproduksi kain yang mendekati kualitas golongan Prima.

c.    Biru atau medium, golongan dengan kehalusan sedang
Kata ‘biru’ didapat dari merk kain ini yang dicetak dengan tinta biru. Biru diimport dari Belanda, Jepang, India dan China.Golongan kain ini biasanya digunakan untuk membuat batik sedang atau kasar. Batik dari kain batik golongan ini disebut ‘Batik Sandang’.

d. Kain Blaco atau grey yang kasar
Golongan kain paling kasar ini juga disebut grey karena warna kain yang belum diputihkan. Pengusaha batik juga sering menenun sendiri kain ini  dengan alat tenun bukan mesin.

·  Lilin (malam) yang dicairkan

Wax
Lilin adalah bahan batik yang digunakan untuk menutupi permukaan kain yang tidak diwarnai sesuai ragam hiasnya. Sebelum menggunakan lilin pembatik sempat menggunakan bubur ketan. Setelah diketemukannya lilin, bubur ketan tidak digunakan lagi. Awalnya pembatik di Jawa mendapatkan lilin tawon (beewax) dari Sumatra, Sumbawa dan Timor. Pada akhir abad ke 19 mereka mulai menggunakan ozokerite dari Eropa. Kini, sesuai yang tercantum dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, bahan pokok lilin yang digunakan adalah campuran dari lilin/malam tawon, gondorukem, damar mata kucing, parafin, microwax, dan kendal. Jumlah dan perbandingan bahan bermacam macam, dan sering kali dirahasiakan.  Berikut penjelasan lebih lanjut atas bahan-bahan pokok lilin batik tersebut:

a.    Lilin/Malam Tawon
Bahan ini biasanya didapatkan dari Timor dan Palembang. Berwarna kuning suram, sifatnya mudah meleleh dengan titik didih rendah, mudah melekat pada kain, tahan lama dan mudah dilepaskan dari kain dengan menggunakan air panas

b.    Gondorukem
Berasal dari getah pinus merkusi, digunakan agar lilin menjadi lebih keras dan tidak menjadi cepat membeku.

c.    Damar Mata Kucing
Didapatkan dari pohon Shorea, digunakan agar lilin dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang baik, melekat pada kain dengan baik

d.    Parafin
Bahan ini berwarna putih atau kuning muda, digunakan agar lilin batik memiliki daya tahan tembus basah yang baik dan mudah dilepas dari kain, serta bahannya relatif lebih murah dibanding bahan-bahan yang lain.

e. Microwax
    Merupakan jenis parafin yang lebih halus, digunakan agar lilin lemas (ulet) dan mudah  lepas.

f. Kendal
Kendal atau gajih atau lemak binatang disebut juga lemak atau vet. Berwarna putih dan biasanya didapatkan dari daging lembu atau kerbau. Digunakan untuk merendahkan titik didih, melemaskan lilin dan mudah dilepas dari kain.

     Zat Pewarna atau Cat Batik
Tidak semua pewarna tekstil dapat digunakan untuk mewarnai batik karena sifat khusus batik. Batik tidak dapat dipanaskan pada saat pewarnaan karena akan melarutkan lilin. Lilin batik tidak kuat terhadap alkali. Sebaliknya, tidak semua pewarna tahan terhadap rebusan air pada saat pengelupasan lilin. Oleh karena sifatnya yang khusus ini maka pewarna batik harus dipilih yang sesuai dengan proses pewarnaan batik yang khas.

Menurut asalnya pewarna batik terdiri dari 2 jenis:

a.     Pewarna dari bahan alami, didapat dari bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, kayu, kulit, daun dan bunga, atau dari getah buang (Lac Dye) binatang. Contohnya antara lain: daun pohon nila, kulit pohon soga tinggi, kunir, daun teh, blendok trembalo (getah buang kutu Tachardia Iacca yang hidup di pohon kesambi).      
b.     Pewarna sintetis/buatan. Merupakan pewarna yang dapat digunakan dalam suhu yang tidak merusak lilin, yang termasuk golongan pewarna tersebut adalah: indigo, indigosol, naptol dan rapid, cat soga, cat basis, cat Indanthreen, cat belerang dan procion dingin (cat kreatif).   
Zat Pembantu
Yang dimaksud dengan zat adalah zat-zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan, yaitu antara lain: caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang.

a.     Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.      
b.     Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.      
c.     Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.      
d.     Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.      
e.     Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori.      
f.     Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol, membuat TRO.      
g.     Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan.      
h.     Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo.      
i.     Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin.      
j.     Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya. [Olin]  

Bab 5
Hand Painting

a.    Pengertian
Hand Painting adalah bagian dari surface design melalui teknik polesan kuas, spon, dan lain sebagainya pada permukaan kain. Hand painting dapat diartikan sebagai lukisan. Melukis tidak hanya di atas permukaan kertas atau kanvas, namun sejalan dengan perkembangan zaman ide-ide desain dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan kain misalnya: katun, sutera, dan kain yang berserat sintesis. Ragam hias yang biasanya terdapat pada hand painting yakni ragam hias berbentuk realisme, abstrak, geometrik, stilasi, ataupun surealisme. Pewarna yang digunakan pada hand painting biasanya ditentukan pada jenis bahan antara lain pigmen, reaktif, dan pewarna alam. Proses hand painting sutera sebagai berikut:
·    Sketsa di atas permukaan kertas

·    Kain sutera dicuci dengan air sabun dan air hangat, kemudian dijemur dan distrika

·    Sutera tersebut dibentangkan pada frem atau bingkai kayu. Setiap sudut bingkai kayu sutera itu di hekter atau paku sehingga sutera itu terbentang baik pada bingkai kayu.

·    Outline bentuk dengan menggunakan pensil
·    Sik Hand Painting - Individual Pattern Painting

·    Hand Painting

Ada beberapa macam teknik pewarnaan secara khusus antaralain Yaitu tehnik Anti-fusing, tehnik dengan menggunakan garam, dan tehnik penyemprotan dan silhuet juga mengetahui bahan bahan untuk membuat efek/ variasi lainnya, dan juga akan bereksperimen dengan berbagai macam tehnik alternative seperti Potato stamping, gutta resist, stencil, brush, dan cukil kayu.

Pemakaian Gutta/ resist
Memberi garis tepi/ batas pada design sket fungsinya sebagai pembatas warna agar nantinya tidak menyebar kedalam area
pewarnaaan lain.
Gambar design tersebut dengan pencil secara tipis tipis kedalam kain sutra.
-    Beri Outline dengan menekan tabung gutta ke dalam kain sutra dan dibuat garis tipis tipis namun harus tegas, tidak putus dan harus tembus kain, agar nantinya kalau di warna tidak keluar dari garis tepi.

-    Setelah di Gutta secara keseluruhan, diamkan agar kering kira kira kurang lebih satu jam, dan agar garis nya permanent maka perlu kita

-    Seterika agar garis gutta tadi menjadi permanent
Pewarnaan
-    Warna kita tuangkan kedalam palet, lalu kita gunakan kuas dan disapukan kedalam area yang akan di beri warna. Lalu cuci kuas tadi dengan air bersih, lalu di Kekringkan.

-    Campur warna tadi kedalam palet atau langsung di sapukan langsung dicampur di kain, dan unrtuk mendapatkan efek warna yang lebih gelap kita bisa melakukan berulang kali pada kain tersebut. Jadi sesuai dengan konsepnya.
Setrika Kain
Setelah semua selai dalam pewarnaan, biarkan selama satu atau dua jam
sampai benar-benar kering, setelah itu kita letakkan sehelai kain tipis sebagai pembatas antara hasil karya dan setrika.
Posisi setrika tombol “ Cotton” selama kurang lebih 3 menit, secara dua sisi
Simpan, dan biarkan selama 48 jam atau 4 hari sebelum di cuci,
Cuci dengan air sabun hangat   

1.    Beberapa Jenis teknik dalam memproses hand painting :
Tehnik Anti Fusing:
Tehnik ini kita gunakan untuk pewarnaan pada area kain yang luas atau lebar dan mengurangi kemungkinan warna sutra meneyebar ke area yang lain.
Tehnik ini di gunakan untuk lukisan yang detail atau tidak ingin memberi garis tepi dengan menggunakan gutta / resisit.
Penggunaan Anti Fusing Medium ada 2 metoda:
Metoda I
Menyapukan anti fusing medium dengan kuas pada kain sebagai lapisan dasar. Keringkan dan setelah kering baru kita mulai mewarnai dengan menggunakan warna yang tidak diencerkan sama sekali.
Metoda II
Campurkan sati bagian anti fusing medium, dengan satu bagian warna sutera yang tidak diencerkan, untuk pewarnaan dengan kuas.
Pengguna warna sutera sebagai anti fusing: sapukan warna yang terang/ muda sebagai lapisan dasar, yang juga berfungsi seperti anti fusing medium untuk desain/ gambar yang lebih gelap.
Teknik dengan menggunakan garam
Untuk latar belakang yang bertekstur dapat dibuat dengan menggunakan garam yang berfungsi sebagai penyerap warna sutera selagi warna masih basah.

Caranya:
Warna kita tuangkan kedalam palet, lalu kita gunakan kuas dan disapukan kedalam area yang akan di beri warna. Lalu cuci kuas tadi dengan air bersih, lalu di ekringkan.
Campur warna tadi kedalam palet atau langsung di sapukan langsung dicampur di kain, dan unrtuk mendapatkan efek warna yang lebih gelap kita bisa melakukan berulang kali pada kain tersebut. Jadi sesuai dengan konsepnya.
Taburkan garam pada warna yang masih basah
Biarkan mongering lalu hilangkan sisa garamnya.
Tehnik Penyemprotan dan silhute
Kain sutra di cuci dengan sabun dan air hangat, kemudian kain di jemur dan disetrika.
Kain sutra di bentangkan kedalan bingkai kayu khusus ( strechter ) dan direkatkan dengan paku atau pin agar sutra tidak rusak atau lubang terkena paku.
Warna kita tuangkan kedalam palet, lalu kita gunakan kuas dan disapukan kedalam area yang akan di beri warna. Lalu cuci kuas tadi dengan air bersih, lalu di keringkan.
Campur warna tadi kedalam palet atau langsung di sapukan langsung dicampur di kain, dan unrtuk mendapatkan efek warna yang lebih gelap kita bisa melakukan berulang kali pada kain tersebut. Jadi sesuai dengan konsepnya
Setelah lwarna latar belakang mongering, letakkan stencil ( stenciling ) untuk memberi bayangan pada kain dan disemprotkan warna sutra disekeliling gambar tersebut.
Biarkan sampai mongering, dan lakukanlah berulang kali sesuai dengan keinginan.
Apabila menggunakan beberapa warna, gunakan warna muda/ terang terlebih dahulu.

Textil Alat alat dan pendukung

No    Description    Fungsi     
             
1    Cat warna Silk fix    Untuk sutera     
2    Cat warna Textil    Untuk kain     
3    Kuas berbagai ukuran    Untuk menyapu warna ke kain     
4    Palet     Untuk mencampur warna     
5    Gutta resis    Untuk membuat garis     
6    Tabung gutta resis    Untuk membuat garis     
7    Garam    Sebagai penyerap warna     
8    Textil medium    Membuat warna transparan     
9    Thickening medium    Sebagai pengental warna agar pekat     
10    Texture Medium    Membuat efek pada kain     
11    Hair dyer    Sebagai pengering     
12    Pin atau paku    Sebagai pengikat kain     
13    Strecher( fander )    Bingkai kayu untuk membentangkan kain      
14    Kain    Sebagai media lukis     
15    Setrika     Agar warna nggak luntur disaat pencucian     
16    Sikat     Untuk brush     
17    Foam     Untuk cap     
18    Spoon     Untuk texture     
19    Alat alat dari Plastic     Untuk cetakkan     
20    Kentang     Untuk cap  

Untuk langkah pengerjaannya sama seperti dalam mngerjakan painting dalam sutera, cuman yang ini ada beberapa perbedaanya yaitu hanya terletak dalam jenis cat warnanya khusus untuk kain.
Jenisnya cat warna kain:
Cat untuk textile dasar terang.
Cat untuk textile dasar gelap
Cat warna textile mutiara
Cat textile dengan efek tekstur. Untuk menimbulkan efek menggelembung cara pengeringannya memakai hair dryer.
Jenis jenis bahan untuk membuat berbagai evek atau variasi adalah:
Textil Medium (buat warna transparan):
untuk menimbulkan efek warna menjadi lebih muda dan transparan tanpa perlu menambahkan warna putih pada warna textil
Gutta/ Resist:
mempertahankan warna asli kain, pada bagian yang diwarnai dengan warna textile
mencegah warna textile keluar/ menyebar dari area pewarnaan pada kain halus maupun tipis.
Untuk hal yang detail dan grs tepi, denagn memakai tabung gutta
Tichening Medium / Sebagai pengental warna agar pekat
Untuk meningkatkan kekentalan ( kepekatan ) warna textile yang digunakan untuk lukisan sutra maupun kain tipis
Texture Medium (Membuat efek pada kain ) membuat warna asli cat menjadi lebih muda
Membuat warna textile biasa mempunyai efek seperti cat warna textile texture.
Caranya: pencampuran warna 5 texture medium dengan 1 bagian warna textile biasa. Komposisi 5:1

2.    Proses reaktif (serat alam)
Bahan pewarna untuk jenis-jenis kain alam (katun, blacu, sutera, woll, serat alam).
Bahan campuran:
a.    Soda kue (contoh: 1 botol aqua gelas butuh kira-kira ½ sedok teh). Fungsinya untuk mereaksikan reaktif agar PH-nya lebih asam (akan bereaksi jika keasaman PH tinggi)

b.    Manutex (seperti pasir)
Fungsinya agar reaktif lebih kental seperti GL, tidak mempengaruhi warna dan sifatnya tidak permanent karena akan hilang jika kain dicuci, sehingga kain tidak kaku setelah diberi manutex. Tidak bisa dipakai outline karena tidak kedap air. Bisa juga di pakai untuk DISPERE
Jenis-jenis warna reaktif berbentuk bubuk:
a.    Jenis P: Satuan untuk penggunaan printing / painting, finishing steam di atas 100 derajat celcius.
b.    H/P: buat dying / tie dye / ikat celup, finishing di bawah 80 derajat celcius
Penggunaan: block, print, stencil, dll. Proses lebih rumit dibanding pigment. Alginet: untuk pembatas (reaktif), untuk pengental (disperse)

Bab 4
SABLON

Pengertian
Sablon merupakan bagian dari hasil produk (surface design) desain permukaan, karna proses pembuatan motif atau corak dicetak diatas permukaan kain polos dengan menggunakan alat screen dan tinta sablon. Sablon banyak digunakan masyarakat masa kini seperti mencetak logo, mencetak pesan informasi, ornamen, dan lain sebagainya sebagai alat media informasi maupun menunjukkan identitas seseorang. Sablon sama arti dengan cetak saring diatas bahan yang sifatnya flet atau mendatar. Teknik sablon banyak diterapkan pada berbagai jenis bahan, seperti: kain, plastik, seng, alumunium, kayu, besi, porselin, ataupun keramik.
1.     Peralatan dan Fungsi
Peralatan dan fungsinya yang digunakan pada sablon kain antara lain:
·    Triplek berbahan kayu reng dan ring baut

·      Sablon & Spoon Busa
Meja sablon. Tentunya kalo kita mau nyablon perlu meja sablon untuk menyandarkan obyek sablonannya. Meja sablon ini terbuat dari rangka besi atau kayu. Di bagian atas adalah kaca transparan, dan dibawahnya diletakkan lampu neon agar bisa terlihat jelas saat menyablon.

·    Lem meja (kayu) dan kain lam (perca)

·    Hairdryer

Hair dryer. Jangan kira alat ini cuman dipakai di salon aja. ini juga berguna untuk mengeringkan sablonan, apalagi pada saat musim hujan yang jarang ada sinar matahari terik.harganya relatif mulai dari harga 150.000 up to

·    Lak Ban Besar & Cutter

·    Jet Pump Pencuci Motor

·    Adukan cat atau Batang es krim

·    Spray / seprotan air

·    Penggaris besi

·    Gelas Aqua & kapas

·    Amplas duco (paling halus)
Berfungsi untuk menghaluskan plastik Astralon sebelum melakukan tracer film.

·    Meni Duko        :
fungsi untuk menutupi pori-pori kayu triplek. Meni Duko dipoles diatas permukaan triplek. Pengencer meni Duko dicampur dengan tinner. Meni duko umumnya bewarna abu-abu.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
-    Triplek di meni duko terlebih dahulu dengan proses dempul
-    Diamplas menggunakan kertas amplas
-    Dan terakhir di meni duko lagi

·    Screen dan Rakel
Screen berfungsi untuk mencetak motif pada kain. sedangkan rakel berfungsi sebagai alat untuk menekan tinta agar masuk ke pori-pori kain screen (kasa) dengan proses polesan atau sapuan.
 Screen (baca: skrin), yakni media yang dipakai untuk mengantarkan tinta sablon ke obyek sablon. Bentuknya balok yang disusun persegi empat kemudian dipasang kain khusus. Ukurannya bermacam-macam, misalnya ada screen yang berukuran 30x40cm, 20×30 cm, sampai ada screen ukuran “raksasa” yang biasa dipakai untuk membuat spanduk.

Screen sablon dengan bingkai kayu ternyata masih mendominasi pemakaian screen sablon oleh para tukang sablon. Saya termasuk salah satu yang favorite sama screen sablon dari kayu, selain karena modal masih cekak juga karena selama saya pakai nggak pernah ada masalah. Screen sablon ukurannya sangat macam-macam, para pengrajin dibidang ini selalu update dan mengikuti kebutuhan pasar. Ada yang membuat ukurannya 40X55 ada yang 40X50, ada yang 50X65 ada yang 50X60 banyak lah variasinya.
Ukuran kain screen pun sangat variasi, namun rata-rata yang ready stok ditoko-toko atau di pengrajin yang paling banyak adalah T55 dan T61.Ini screen yang paling banyak dipakai oleh para pembuat kaos. Saat ini kami juga menyediakan screen untuk dipesan oleh teman-teman yang membutuhkan, screen sablon ditempat kami hanya tersedia 2 ukuran kain dan bingkai yaitu T55 dan T61 dengan ukuran 40X50 dan 50X60.
Screen sablon kami terbuat dari kayu jati dengan berat untuk ukuran 40X50 adalah  1,1 kg dan untuk 50X60 adalah 1,6 kg.

Screen sablon ini kami pasarkan dengan harga per buahnya sebagai berikut :
·    Screen T55 ukuran 40X50 harga Rp. 33.000,-
·    Screen T61 ukuran 40X50 harga Rp. 36.000,-
·    Screen T55 ukuran 50X60 harga Rp. 55.000,-
·    Screen T61 ukuran 50X60 harga Rp. 58.000,-
Sebelum anda membeli screen sablon ditempat kami ada baiknya anda survei harga dulu ditempat anda tinggal atau ditoko terdekat dengan kota anda. Jika memang anda kesulitan mendapatkan screen ditempat anda atau harga screen di toko terdekat dikota anda cukup mahal, anda bisa memesannya kepada kami.
SCREEN Adalah salah satu alat dalam sablon yang terdiri dari bingkai kayu (frame) dan kain penyaring (screen). Ada juga yang menggunakan bingkai dari alumunium. Screen ini dapat dibeli di toko-toko sablon di kota anda dengan berbagai variasi ukuran ex: 20X25, 30X40, dll. Selain itu screen juga mempunyai berbagai macam ukuran pori-pori kain yang biasa dituliskan dengan kode T, misal T55, T61, dll.
Cara memilih screen, saat anda membeli screen baik di toko sablon maupun di penjual screen perorangan ada baiknya anda lakukan pengecekakan terlebih dahulu. Pastikan screen tidak melengkung, lakukan pengecekan dengan cara letakkan screen diatas kaca dan tekan pelan-pelan masing-masing sisinya. Jika screen tidak rata maka screen akan bergerak naik turun, periksa juga bingkai screennya, sambungannya harus kokoh dan kuat. Kemudian periksalah kain screennya, pastikan tidak ada yang cacat atau berlubang, tidak terlalu kendor dan tidak ada bercak-bercak.

Tabel :
Untuk membantu anda memahami tentang kode T screen dan penggunaannya silahkan dilihat pada table berikut :

Kode T screen    Karakteristik desain    Obyek sablon    Variasi sablon / tinta sablon     
15 / 30 / 48    Desain kasar    Kain, Handuk, Karpet, Spanduk    Gliter, top ink, Binder metalik, rubber     
55 / 61    Desain standart / blok    Kain    Ruber, Foam     
77 / 90    Separasi    Kain    Ruber  

Rakel. yakni temennya Screen, gunanya untuk mengkuaskan tinta sablon yang ada di Screen supaya tercipta gambar di obyek sablon. Bahannya dari karet yang diberi pegangan kayu memanjang.

·    Kertar kalkir
Kertas kalkir digunakan untuk menjimplak motif dari kertas gambar

·    Plastik Astralon (mika)
Plastik mika berfungsi membuat tracer film, bisa melalui proses printer atau dengan polesan kuas menggunakan tinta print. Proses tracer film ini yang dapat membuat pemisahan warna 1, warna 2, warna 3, dan sebagainya.

·    Kain Cotton

·    Tinta Afdrek PVC pada screen
-    Obat afdrek no.2: Merek Super x Photoemulsion 10 + Kalium Micromat warna kuning cair (untuk tekstil)
-    Obat Afdrek kualitas no.1: Merek TX 88
-    Obat afdrek kualitas no.1: Merek SX Putih

·    Kaporit + air biasa atau obat M3 or M4
Fungsi untuk mencuci screen dengan cara diamkan selama 10 menit larutan kaporit tersebut, kemudian semprotkan dengan air biasa lalu cuci dengan air sabun. Kaporit + air biasa berbanding 1:10
·    Meja Afdrek
Proses Afdrek dapat dilakukan sebagai berikut:
-    Meja kaca dengan posisi lampu di bawah
-    Pola baju digambarkan di atas kaca
-    Posisi klise ditempatkan di bidang pola baju.
-    Screen ditempatkan diposisi klise dengan posisi terbalik
-    Kedudukan kunci screen sudah berada di posisi yang tepat
-    Dengan catatan screen sudah dilaburi (dioleskan) obat afdrek dengan kondisi kering.
-    Bisa ditempatkan di screen, ditutup dengan alas triplek, lalu dipress dengan catok untuk menekan busa supaya klisenya menempel rata di kaca.
-    Jarak lampu dengan kaca 30 cm, jumlah lampu 2 atau 3 lampu yang masing-masing 40 watt. Lama pencahayaan lampu sekitar 10-15 menit. Kalau jumlah lampu ada 3, maka lama pencahayaan 5-10 menit.

MEMBUAT MEJA AFDRUK SCREEN SEDERHANA

-    Banyak sekali pertanyaan yang meminta dibahas tentang cara pembuatan alat atau meja afdruk film, untuk itu disini coba kita sampaikan tentang alat atau meja afdruk film sederhana yang biasa dipakai oleh beberapa tukang sablon,


Pewarna Sablon
·    Warna Pigmen kualitas no.1 produk Jepang & Jerman
-    Campuran Warna pigmen + Binder (pengikat) + Emulsion (pengental/pelengket).
-    Proses penggunaan warna pigmen harus dimulai warna tua dan dilanjutkan ke warna muda.
-    Pigmen semakin lama semakin cair.
Untuk mengentalkan pigmen lama: campurkan bibit warna + Binder (penguat/pelengket) + Emulsion (pengental)

·    Pewarna GL
-    Opa Que True Colour terdiri: dari GL Sablon bening + Bibit warna
-    Proses penggunaan warna tinta GL harus dimulai warna muda dan dilanjutkan ke warna tua.
Tinta sablon. Bermacam-macam jenis dan nama tinta bergantung dari sablonan apa yang mau kita buat. Tinta yang buat sablon kaos aja ada banyak macamnya. Ada juga tinta sablon kaos yang bisa buat timbul setelah kita setrika.
Cairan-cairan pencampur. yakni gunanya untuk mencampurkan tinta agar sesuai dengan tingkat kekentalan dan warnanya. Bisa cairan M3, M3 Super, tinner, minyak tanah, dan sebagainya.
-  

Film warna pada sablon bermotif foto manusia, memiliki 4 warna (hitam,merah,biru,kuning) CMYK disebut: Separasi warna
Foto manusia hitam putih disebut: Raster (di Toko Spektra + Toko Lukas, daerah Kosambi)

2.     Proses sablon diatas permukaan kain, yakni:
A. CARA MEMBUAT FILM SABLON

Cara membuat film sablon bisa anda lakukan dengan berbagai macam cara, cara yang tergolong sederhana atau biasa sampai dengan cara yang cukup bagus seperti dengan menggunakan cetakan pada media transparan plastik film yang biasa digunakan pada perusahaan – perusahaan besar. Namun karena bidikan saya atau tujuan saya membuat website ini adalah untuk membantu anda meminimalkan biaya proses dan tetap mendapatkan hasil yang maksimal, maka saya tidak akan bicara muluk – muluk disini, saya hanya akan bicara yang sederhana saja, dengan alat yang biasa – biasa saja tapi tetap bisa menghasilkan output hasil afdruk film yang bisa diterima oleh konsumen kita. Sekali lagi yang bicara adalah hasil sablon kaos kita, bukan dengan apa anda membuat filmnya, tolong dicatat ya he he he.

Cara membuat film sablon dengan teknik lama yang saya pernah lihat saat saya kecil adalah sebagai berikut, tukang sablon akan menggambar desain orderan sablonnya di kertas hvs biasa dan kemudian di fotocopy xerox biar outputnya pekat setelah itu kertas diolesi dengan minyak goreng agar berubah menjadi transparan baru kemudian dikeringkan. Setelah beberapa saat kemudian film diambil dan siap digunakan untuk afdruk screen. Nah, itu dulu waktu saya kecil, terus sekarang bagaimana cara membuat film sablon itu, apa yang berbeda? Ditempat lain mungkin banyak perbedaanya, tetapi tidak ditempat konveksi kaos saya, saya bukan pengusaha besar yang mampu investasi besar untuk bikin film sablon saja makanya saya hanya melakukan dengan cara yang gampang saja.
Cara membuat film sablon ditempat produksi saya masih mengadopsi cara kuno itu, yaitu dengan mengolesi kertas hvs dengan minyak goreng saja, tetapi proses pengolahan gambarnya yang berbeda. Cara membuat film sablon ditempat saya khususnya pada pengolahan desain saya gunakan software coreldraw atau photoshop, saya tidak menggunakan lainnya karena saya tidak bisa ha ha ha, proses pengolahan desain mengikuti tuntutan desain itu sendiri, apakah harus di spot color, di simulated color, di index color atau harus di separasi CMYK, bahasan tentang pembuatan film ini ada di buku saya kecuali tetang index color dan simulated color masih belum ada tutorialnya. Setelah desain jadi seperti foto diatas saya biasa print pakai mesin printer biasa inkjet bukan laser. Untuk lebih jauh mengenal film sablon anda bisa juga kunjungi artikel saya yang lain silahkan klik pada tulisan ini cara membuat film sablon.

FILM SABLON SEDERHANA

Sablon kaos manual, sekarang akan kita bahas tentang pembuatan film sablon dengan menggunakan Corel Draw. Untuk pembahasan pertama ini akan kita jelaskan tekhnik pemisahan warna dan pembuatan film sablon yang paling sederhana. Untuk membantu dalam memahami bab ini silahkan anda perhatikan gambar berikut :

Mari kita bahas satu per satu :
1.    Gambar 1 kita anggap sebagai desain asli yang kita terima dari konsumen.
2.    Gambar 2 buat register, bisa 2 buah seperti contoh atau bisa juga 4.
3.    Gambar 3 perhatikan warna apa saja yang ada pada desain tersebut dan mulailah membuat film dari warna yang paling muda. Untuk menghindari sablonan meleset  atau mis-register atau "mringis" pada saat membuat film dengan warna muda tersebut perbesarlah ukurannya dengan countur sebesar 0,2 atau sesuai kemampuan masing-masing.
4.    Gambar 4 sama dengan langkah nomer 3 seterusnya sampai semua warna dibikin filmnya.
B.      Pembuatan klise (Film)
Klise atau film adalah lembaran yang digunakan sebagai bahan acuan cetak. klise digunakan sebagai model untuk menyablon benda yang menjadi sasaran cetak. model atau gambar akan tersablon sesuai dengan model asli klise
·    Bahan klise : bahan yang harus bersifat tembus cahaya
·    Membuat klise
1.    Manual , bisa menggunakan  (1) Kertas hvs : berikan minyak kelapa, lalu dikeringkan (2) Kertas kalkir : tidak perlu lagi diberi minyak, karena sudah bersifat transparan
2.    Langsung : menggambar model langsung pada layar screen, yang kemudian dilapisi larutan afdruk (emang kurang praktis, jika tidak hati-hati bisa membuat screen cepat rusak)
3.    Setting komputer : diprogram langsung dengan program komputer kemudian dicetak dengan printer (yang laser lebih diutamakan)
4.    Fotografi : ini teknik terbaik yang biasanya digunakan oleh industri periklanan/ industri bidang grafika. hasilnya harus berbentuk film positif, yang danantinya akan di afdrk sebagai klise pada screen
C..      Mengafdruk Film (Exposing)
1.  Alternatif Cara ke-1
yaitu proses memundahkan gambar model ke screen dengan menggunakan cahaya UV (ultraviolet). dan bahan afdruk terdiri dari campuran emulsi dan sentitizer (obat afdruk)
a.  Menggunakan larutan afdruk
1.    Pelapisan (coating) : pembuatan larutan afdruk
2.    Pengeringan awal (stat drying) : screen dikeringkan dengan menggunakan alat bantu, agar memperkuat persenyawaan obat afdruk dengan kain screen (Ingat tidak boleh kontak langsung dengan cahaya : bisa menyebabkan kegagalan). jika sudah kering, lalu boleh lakukan penyinaran secukupnya.

3.    Penyinaran (Exposing) : untuk memindahkan gambar model ke screen dengan bantuan cahaya.  jaga agar screen tidak terkena cahaya luar secara langsung.

4.    Pengembangan (Developing) : untuk memperjelas hasil gambar afdruk yang terletak paa layar screen. Di cuci menggunakan air mengalir untuk menghentikan reaksi kimia, jika tidak dicuci maka akan mengeras layar screenya.  Kemudian semprot lagi dengan handsprayer untuk memberishkan lapisan afdruk yang seharusnya luruh, lakukan hingga klise pada screen betul-betul nampak jelas dan bersih dari sisa lapisan afdruk

5.    Tusir (Corecting) : pengkoreksian secara keseluruhan jika diperlukan, dengan menggunakan larutan afdruk pada klise terdapat dareah yang seharusnya tidak tembus cahaya

6.    Pengeringaan Akhir (finish Drying) : lakukan seperti pengeringan awal, boleh langsung di bawah sinar matahari, lakukan sampai benar-benar kering
b. mengafdruk dengan menggunakan lembaran afdruk
yaitu melakukan proses exposing dengan mengunakan bahan afdruk berupa lembaran dengan ketebalan tertentu yang telah dilapisi bahan peka cahaya. Semakin tebal lembaran afdruk yang digunakan , semakin tebal pula tinta sablon yang akan tercetak
2....Alternatif cara ke-2 afdruk screen SABLON

Lewat artikel ini saya akan sajikan secara detail proses cara afdruk screen sablon kaos manual dengan step by step dengan foto-foto. Semoga artikel saya kali ini bisa membantu mempermudah anda dalam memahami tentang cara afdruk screen dan memperlancar persiapan anda membuka usaha sablon kaos manual,

Cara afdruk screen pertama-tama pastikan screen yang akan kita pakai dalam keadaan bersih, bila perlu cuci dengan sabun colek, bilas dan keringkan sebelum digunakan. Pengeringan bisa dengan dijemur atau di letakkan didepan kipas angin. Membuat obat afdruk, masukan sedikit obat afdruk ke tempat yang telah disediakan, diperkirakan sejumlah screen yang akan kita olesi, lalu teteskan sensitizer dan diaduk. Bila dirasa terlalu kental bisa dicampur dengan sedikit air. INGAT!!! Saat anda membeli obat afdruk anda akan mendapatkan 2 botol obat, satu botol besar obat afdruk dan sensitizer dalam botol kecil, jangan pernah langsung mencampur keduanya sekaligus karena obat afdruk akan cepat rusak.

Pengolesan screen, tuang obat afdruk yang telah kita campur tadi kebagian luar screen, ratakan dengan alat yang telah disediakan. Lakukan hal yang sama dibagian dalam screen. Sampai obat benar-benar rata menutupi kedua sisi dari screen.

Keringkan screen dalam ruangan gelap dengan kipas angina atau hairdryer.

Masih dalam ruangan gelap siapkan meja afdruk, bersihkan permukaan kacanya dan pastikan lampu dan kelengkapan lainnya siap. Letakkan screen dengan bagian luar diatas, tempelkan film pada posisi yang benar (terbalik sudut pandang dari bagian dalam screen).

Seting pra afdruk, letakkan screen dengan bagian dalam diatas, letakkan kertas hitam.

Setelah kertas hitam letakkan busa diatasnya.

Letakkan triplek tebal untuk menekan busa diatas screen.

Letakkan pemberat diatasnya.

Nyalakan lampu pada meja afdruk, jika yang dipergunakan adalah lampu 2X20 watt, waktu penyinaran antara 5 sd 10 menit. Setelah selesai proses penyinaran, segera matikan lampu, angkat pemberat, lepas sepon dan kertas, lepas film yang menempel pada bagian luar screen dan segera guyur dengan air. Setelah diguyur dengan air maka akan kelihatan perubahan warna pada bagian yang di film tadi. Warna yang biasanya cenderung muda dan tembus pandang itu adalah area gambar hasil afdruk tadi. Semprotlah secara perlahan pada area tersebut sehingga gambar yang diinginkan akan terbentuk sempurna dan seluruh pori-pori terbuka. Jangan memegang atau menyentuh keras kain screen pada sat proses ini. Teliti kembali screen yang telah diafdruk tersebut. Jika terdapat lubang-lubang kecil yang tidak kita inginkan sebagai akibat dari permukaan meja atau gambar klise yang kotor segera lakukan penursiran (tursir) denga sisa obat afdruk dan menggunakan lidi. Keringkan screen dan screen siap dipakai.

3.     Proses menyablon diatas permukaan kaos

Menyablon berbahan dasar KAOS cukup dengan menempelkan screen diatas kain/kaos/spanduk, cukup dengan satu atau dua kali gesutan rakel. Gunakan screen dengan type rendah T48, T54 untuk menghasilkan sablonan yang baik.

Penggunaan cat untuk dasar kain pada dasarnya berwarna putih kental, lalu menjadi berwarna apa saja dengan ditambahkan bahan pewarna "PIGMENT" kedalam cat tersebut. Agar hasil sablonan pada kain tahan lama, campurkan sedikit cairan "PENGUAT WARNA" pada cat yang sudah dicampur dengan pewarna.
Untuk penyablonan kaos/kain sebaiknya menggunakan alas papan triplex pada bagian dalamnya agar cat tidak tembus kebelakang. Hasil sablonan dapat diberi efek mengkilap dengan cara menyablon sekali lagi (gambar/tulisan sablon yang sudah ada) dengan screen yang sama menggunakan bahan TOP COUT.

4.    CARA MEMBERSIHKAN SCREEN
Kemarin kita telah membahas tentang afdruk, sekarang giliran kita membahas soal cara membersihkan screen. Setelah selesai sebuah rangkain pekerjaan dan tidak ada rencana produksi ulang, maka bisa dianggap untuk sementara desain yang telah di afdruk pada screen sudah tidak dipakai lagi. Untuk itu segeralah lakukan pencucian agar screen bisa digunakan kembali untuk mengerjakan pekerjaan lainnya. Berikut akan kita bahas tentang proses pencucian screen.





Alat-alat
·    Kuas nylon atau sikat gigi bekas
·    Ember air atau bak
·    Gayung
·    Gun water spray
·    Machine water spray
Bahan untuk mencuci
·    Remover, ialah sebuah obat yang mengandung clorine didalamnya subtitusinya adalah kaporit.
·    Soda api
·    Minyak M3
·    Sabun cuci
·    Air

Urutan dalam proses cuci
·    Bersihkan tinta yang masih tersisa pada screen untuk screen yang baru saja dipakai dengan cara disiram air dan dilap.
·    Oleskan remover yang telah dicampuri air sesuai takaran dibagian muka dan belakang screen.
·    Biarkan selama 4 sd 6 menit.
·    Gosok dengan kain halus yang dibasahi dengan air remover.
·    Semprot dengan alat penyemprot yang ada.
·    Pastikan semua obat afdruk hilang dari kain screen.
·    Cuci dengan air sabun dan bilas.
·    Keringkan dan siap dipakai lagi.

Untuk pencucian yang sulit. Beberapa penyebab screen susah dicuci adalah
·    Screen pernah gagal cuci.
·    Tinta tidak segera dibersihkan sehabis proses sablon.
·    Menggunakan katalis untuk penguat.
Untuk hal tersebut diatas perlu dilakukan pencucian khusus atau diserahkan ke tempat-tempat yang menyediakan jasa cuci screen. Screen gagal cuci disebabkan karena
·    Pernah dicuci namun tidak tuntas atau benar-benar bersih.
·    Cat tidak segera dibersihkan sehabis menyablon.
·    Penggunaan katalis
·    Melewati batas waktu obat cuci atau remover.
·    Penggunaan isolasi pada kedua sisi screen secara berlebihan.

buka mesin jahit : http://nettyjuliana14.blogspot.com/2013/09/bab-i-arti-kriya-tekstil-keragaman-seni.html

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang kumpulan gambar bahan tekstil beserta apresiasinya

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang CARA MEMBUAT POLA LENGAN RAGLAN

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

0 komentar:

Post a Comment