, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bapak Penolong MEMBUAT METODE PEKERJAAN JAS ALMAMATER di Gunung Bawakaraeng

Bapak Penolong MEMBUAT METODE PEKERJAAN JAS ALMAMATER di Gunung Bawakaraeng

baju jahit, batik, belajar, guru, indonesia, jahit, jogja, kaos, kebaya, konveksi, kursus, kursus menjahit, les, mesin jahit, obras, private, sekolah, terbaik, usaha, yogyakarta
Bapak Penolong MEMBUAT METODE PEKERJAAN JAS ALMAMATER di Gunung Bawakaraeng

cara membuat pola almamater - METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN JAS ALMAMATER


1.    Pekerjaan Pendahuluan

Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan dilakukan dahulu suatu Persiapan cara kerja, seperti metode yang akan digunakan selama pelaksanaan pekerjaan. Persiapan yang dimaksud adalah Pembentukan Tim Kerja, Pembekalan Tim serta Mobilisasi Tim. Tim kerja yang dibentuk diharapkan dapat mengatur proses pembelian barang berjalan efektif dan dipastikan mendapatkan barang dan jasa sesuai persyaratan pengguna. Hal ini dilakukan untuk menjaga profesionalitas kerja yang baik dan sempurna sesuai dengan yang diharapkan.

Setelah tahap persiapan selesai, Bagian Purchasing melakukan monitoring bahan baku dan melakukan evaluasi terhadap penawaran dan selanjutnya dilakukan kesepakatan akhir mengenai kualitas, dan waktu pengiriman serta tata cara pelaksanaan pekerjaan daripada Pabrik yang dianggap dapat membantu dalam pelaksanaan pengadaan berjalan sesuai dengan rencana.

1.    Order    :    Proses pertama dalam alur produksi garment adalah penerimaan order.              Bentuk   order yang datang dari buyer biasanya berbentuk work sheet yang di dalamnya terdapat bentuk, ukuran termasuk toleransinya, jumlah dan bentuk pakaian yang dipesan.

2.    Sample    :    Bagian ini bertugas menerjemahkan pesanan Universitas/ perguruan tinggi/ lembaga pemesan. Membuat pola sesuai dengan yang diminta, sampai dengan membuat contoh pakaian yang akan diproduksi

3.    Pembelian Kain    :    Setelah sampel disetujui, maka perusahaan akan berbelanja bahan baku kain yang akan digunakan. Sistim pembelian biasanya berdasarkan panjang kain sehingga meskipun kain dari supplier berbentuk roll atau gulungan, panjang keseluruhan kain adalah sesuai dengan pesanan.

4.    Pemeriksaan Kain    :    Pemeriksaan kain dilakukan dengan menggunakan mesin inspeksi untuk melihat apakah terdapat cacat yang terdapat pada bahan baku kain.


Industri garmen/konveksi dapat dikategorikan usaha menengah kecil yang merupakan industri padat karya. Dengan semakin ketatnya tingkat persaingan, perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan bahan baku dan tenaga kerja murah saja. Tuntutan efisiensi menghendaki garmen/konveksi dapat memproduksi secara massal dalam waktu singkat dengan biaya produksi serendah mungkin. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha untuk melakukan optimalisasi sehingga diperoleh efisiensi dan produktivitas yang tinggi dengan memanfaatkan sumberdaya manusia secara optimal. Proses optimalisasi dilakukan mulai dari proses disign, marking, sampai dengan finishing. Proses produksi garmen/konveksi dimulai dari diterimanya order dari buyer yang dilanjutkan dengan pembuatan disain serta pembelian bahan baku. Tahapan proses produksi dapat diuraikan sebagai berikut:


SKETSA PEMBUATAN JAKET



2.    Pekerjaan Pengukuran

1.    Marker (Pola)
Pola sangat penting artinya dalam membuat pakaian. Baik tidaknya Jaket yang dikenakan dibadan seseorang sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa pola, memang suatu pakaian dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang diharapkan. Dapat pula diartikan bahwa pola – pola Jaket yang berkualitas akan menghasilkan Jaket yang enak dipakai, indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi sipemakai.
Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1.    Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh sipemakai, hal ini mesti didukug oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh sipemakai;
2.    Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan ukuran;
3.    Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas koran;
4.    Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian – bagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya;
5.    Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya disimpan pada tempat – tempat khusus seperti rak dan dalam kantong – kantong plastik, diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal serta dilengkapi dengan buku katalog.
Dengan adanya pola yang sesuai dengan ukuran, kita dengan mudah dapat membuat jaket yang dikehendaki. Menurut Porrie Muliawan (1990:2) pengertian pola dalam bidang jahit menjahit maksudnya adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat pakaian. Selanjutnya Tamimi (1982:133) mengemukakan pola merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan bentuk badan ini disebut pola dasar. Tanpa pola pembuatan pakaian tidak akan terujut dengan baik, maka dari itu jelaslah bahwa pola memegang peranan penting di dalam membuat jaket.
Bagaimanapun baiknya desain pakaian, jika dibuat berdasarkan pola yang tidak benar dan garis – garis pola yang tidak luwes seperti lekukan kerung lengan, lingkar leher, maka pakaian tersebut tidak akan enak dipakai. Pendapat ini didukung oleh Sri Rudiati Sunato (1993:6) fungsi pola ini sangat penting bagi seseorang yang ingin membuat jaket dengan bentuk serasi mengikuti lekuk – lekuk tubuh, serta membuat potongan – potongan lain dengan bermacam – macam model yang dikehendaki. Maka dari itu jelaslah bahwa di dalam membuat jaket sangat diperlukan suatu pola, karena dengan adanya pola, akan dapat mempermudah kegiatan jahit – menjahit secara tepat dan benar. Sebaliknya jika dalam membuat jaket tidak menggunakan pola, hasilnya akan mengecewakan.
Dengan demikian pola jaket merupakan suatu sistem dalam membuat jaket. Sebagai suatu sistem tentu pola jaket juga terkait dengan sistem lainnya. Jika pola jaket digambar dengan benar berdasarkan ukuran badan seseorang yang diukur secara cermat, maka jaket tersebut mestinya sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai.
Dengan demikian untuk mendapatkan jaket yang baik dan sesuai dengan desain, maka setiap sub sistem di atas haruslah mendapat perhatian yang sangat penting dan serius.



2.    Spreading: setelah pembuatan marking/pola, maka tahap berikutnya adalah pembentangan kain (spreading). Kain bahan baku diangkat dan diletakkan diatas penyangga yang ada pada meja spreading, kemudian kain siap digelar. Kain digelar beberapa lapis disesuaikan dengan kebutuhan. Kain kemudian diratakan dan diatasnya diletakkan marker.
3.    Pekerjaan Mal dan Pemotongan
1.    Patron Jas & Pemotongan (Cutting)
Dalam produksi pakaian secara massal, kain dipotong dengan mesin potong. Sebelum pola dilepas dari bahan, garis-garis dan tanda-tanda pada pola dijiplak ke atas kain dengan bantuan rader, karbon jahit, dan kapur jahit. Setelah marker diletakkan diatas tumpukan kain yang digelar, maka kain siap dipotong. Kemudian setelah pemotongan dapat dilakukan bundling dan fusing.

4.    Pekerjaan Penjahitan (Sewing)
Proses penjahitan dilakukan pada masing – masing komponen dan kemudian menyatukannya menjadi sebuah produk. Proses ini merupakan proses utama dari pekerjaan konveksi. Proses jahit merupakan proses yang memakan waktu paling lama. Proses penjahitan ini sendiri melalui beberapa tahapan jenis pekerjaan: jahit, obras, overdeck, stick, jahit lobang kancing, jahit pasang kancing, dll. Setelah pakaian selesai dijahit, bagian tepi kampuh yang bertiras dirapikan dengan mesin obras agar benang-benang kain tidak terlepas.

5.    Quality Control (QC)
Keterkaitan antara sumber daya  manusia, peralatan, dan mesin merupakan suatu organ yang satu sama lain saling mendukung. Kerjasama dalam tim atau kelompok kerja menjadi kekuatan yang luar biasa dalam proses kerja di industri konveksi atau sejenisnya. Saling koordinasi antara pekerja, Project Manager sehingga membuat  hasil pekerjaan menjadi lebih cepat, lebih rapi dan kualitas tetap terjaga. Secara umum kerjasama sangat dibutuhkan di dalam proses produksi, agar kinerja yang dihasilkan memuaskan.

1.    Penerimaan    : Pemeriksaan pertama, barang dicocokkan dan dihitung sesuai dengan cutting shift-nya.
2.    Inspeksi Ukuran     : Ukuran dari produk harus sesuai dengan size yang terpasang. Size beserta ukuran bagian-bagiannya dapat dilihat pada size spesifikasi yang telah ditentukan oleh disigner. Apabila terjadi ketidasesuaian antara size dengan ukurannya maka produk harus direparasi.
3.    Pemeriksaan Cacat    : Yang termasuk cacat pada produk adalah jahitan jebol, perbedaan warna, kotor dan cacat bahan. Jika cacat sudah tidak dapat diperbaiki lagi maka produk yang cacat tersebut menjadi produk BS (below standard).
4.    Inspeksi Akhir    :  Disini produk diperiksa untuk terakhir kalinya sebelum dibawa ke bagian finishing.

6.    Finishing
1.    Trimming     :     Timming adalah pembersihan benang-benang sisa dari penjahitan.
2.    Penghilangan Sisa-sisa Benang    :     Dari bagian trimming, produk kemudian dibawa ke bagian penghilangan benang-benang sisa. Cara penghilangannya adalah dengan memasukkan produk ke dalam mesin penghilang benang yang di dalamnya terdapat hembusan angin kencang sehingga benang-benang sisa tersebut terlepas.
3.    Penyetrikaan    :     Pakaian disetrika supaya rapih dan bersih.
4.    Pelipatan    :    Proses pelipatan dilakukan untuk merapihkan pakaian sebelum dimasukkkan kedalam kemasan.
7.    Pengiriman (Delivery)

Penanganan terhadap penerimaan Barang dan Jasa diatur pada Prosedur perusahaan. Barang – barang Pengadaan Jas Almamater yang diadakan oleh rekanan perusahaan di distribusikan atau diantar ke tempat pemesan. Pendistribusian barang dilakukan sampai pada tahap serah terima, barang sudah dikemas.

8.    Penilaian Pekerjaan

Penilaian Pekerjaan Pengadaan Jas Almamater dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang ditunjuk oleh pemesan (buyer), pelaksanaan penilaian dilakukan setelah penyedia jasa telah mendistribusikan Barang – barang tersebut dalam jumlah yang cukup (100%) dan sesuai speksifikasi.

9.    Pekerjaan Administrasi

Dalam hal Pelaksanaan Pekerjaan, sangat diperlukan suatu program Pekerjaan Administrasi yang teratur. Hal ini dilakukan agar proses pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi adanya masalah. Sangat diperlukan sekali suatu Koordinasi dengan lnstansi tersebut dalam hal pengumpulan data-data mengenai barang ditempatkan, dialamatkan atau mungkin ada suatu perubahan proses administrasi.

10.    Penyerahan Pekerjaan

Setelah semua proses tahapan demi tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan dianggap sudah selesai dan baik, maka perlu diatur suatu proses Penyerahan Pekerjaan. Penerimaan dan Pemeriksaan Barang dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang telah dibentuk di lnstansi ini.

Demikian uraian Metode Pelaksanaan yang penyelesaian Pekerjaan Pengadaan Jas Almamater Universitas/ perguruan tinggi/ lembaga pendidikan.



jas almamater jaket mahasiswa jas almamater jaket almamater mahasiswa jas almamater

jas almamater ITB jaket almamater UI jasalmamater UGM jaket almamater UNAIR jasalmamater ITS jaket almamater UII jaket almamater UIN jas almamater STIKES



Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  cara membuat pola almamater

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Justru Jadi BELAJAR JAHIT KAFTAN Pahlawan SENDIRI 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : http://www.jasalmamater.info/metode-pekerjaan-jas-almamater.html

0 komentar:

Post a Comment