, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

TATA RIAS DAN BUSANA KARYA TARI CEMANI SAWEGA

TATA RIAS DAN BUSANA KARYA TARI CEMANI SAWEGA

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
TATA RIAS DAN BUSANA KARYA TARI CEMANI SAWEGA


A. Dasar Pemikiran



    Menurut Harrymawan, tatarias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan, dan harus memperhatikan lighting dan jarak penonton, sedangkan tata busana segala sandangan dan perlengkapannya yang dikenakan dalam pentas. Kostum dapat di golongkan menjadi 5 bagian yakni Pakaian Dasar, Kaki, Tubuh, Kepala dan Perlengkapan (Harrymawan, 1986:131-134). Rias dan busana merupakan pendukung sebuah pertunjukan tari yang berfungsi membantu suasana dan tempat untuk mewujudkan karakter sesuai dengan musik tari yang disajikan.
   

    Pemakaian yana simpel dalam arti tidak rumit dengan model sederhana yaitu secara teknis mudah cara memakainya sehingga untuk mengenakannya tidak memerlukan waktu yang lama. Bagi penari yang mampu secara teknis diharapkan bisa memakai kostum dan rias sendiri, hal ini agar mahasiswa mendapat kesempatan yang baik untuk mempraktekkan hasil kuliah tata rias dan busana, tentu saja sebelumnya dari penata busana sudah memberi pengarahan misalnya makeup mata dengan warna sama, pemakaian kain, yang sekiranya penari mampu melakukan. Hal ini lebih menghemat waktu, kru kostum tetap ada khusus pada bagian rambut dan pemakaian dodot, karena pada bagian sanggul dan dodot ini termasuk rumit. Penata busana harus bisa menyiasati waktu yang tersedia sehingga harus ada kerjasama yang baik dengan penari.
   
    Proses persiapan busana cukup rumit sehingga memerlukan persiapan dengan baik dan ditekankan adanya kerjasama antara penari dengan penata rias agar dalam pelaksanaannya terjadi  sinkronisasi yang tepat antara persiapan rias  dengan  waktu pementasan.





D. Manfaat
1. Bagi Mahasiwa
a). Sebagai pelaku, dengan adanya pagelaran tersebut akan memperoleh pengalaman belajar, bagaimana menjadi penata tari dari awal hingga akhir pagelaran.
b). Sebagai penonton/penikmat,mahasiswa akan memperoleh pengalaman belajar dan mengetahui kemampuan dan menilai masing-masing penata tari mengenai garapannya.
c).    Sebagai panitia/pelaksana, mahasiswa memperoleh pengalaman bejar bagaimana merancang dan memanajemen dari awal hingga akhir pertunjukkan.

2. Bagi Dosen

a). Mendapat kesempatan untuk membuktikan serta menunjukkan kemampuan dalam berkarya.
b). Memotivasi dan memberikan contoh kepada mahasiswa tentang berbagai macam bentuk koreografi.
c). meningkatkan potensi analisis melalu karya seni tari sebagai bekal dalam melaksanakan PBM seni tari




TATA RIAS DAN BUSANA


A. Tata Rias
    Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan peranan. Dalam pertunjukkan tari mempunyai kaidah-kaidah khusus dalam tata rias wajah, kaidah-kaidah tersebut tidak tertulis namun merupakan kebiasaan turun temurun. Setiap perias dan penari akan mengenal cara merias wajah menurut kebutuhan cerita tanpa membaca lebih dahulu tentang kriteria tertulis tata rias tari. Apabila mengtahui nama peran atau penggambaran tari yang akan ditampilkan melalui pengalaman dan penghayatan, maka akan dapat merias wajah secara tepat berdasarkan karakter peran yang akan dibawakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tata rias panggung adalah tata lampu, jarak penonton dengan tempat pertunjukkan, luas area pentas dan estetika.
1.    Fungsi Tata Rias
    a. Merias untuk mengubah yang alamiah (natural) menjadi yang budaya             (kultur)
    b. Mengatasi efek lampu yang kuat
    c. Mengubah wajah dan kepala menjadi sesuai dengan yang dikehendaki
2.    Alat- alat Make-Up
Sebelum membuat ata rias terlebih dahulu perlu diketahui dan dipersiapkan alat-lat yang akan dipergunakan, antara lain:
- pembersih (cleansing milk) sebagai pembersih untuk mengangkat kotoran dari kulit wajah dengan arah usapan ke atas.
- penyegar dimaksudkan untuk membuat lebih segar pada kulit muka
- kapas            - eye liner        - bedak padat
- bedak dasar        - maskara        - eye shadow dan kuas
- saput spon         - pelembab        - lipstik dan kuas
- pencil alis        - rouge dan kuas

3.    Pola rias untuk penari putera gagah
4.    Pola rias untuk penari putri cantik

    Tata rias menggunakan konsep rias panggung yang mengedepankan kecantikan wajah para penari putri, baik penari bedhaya maupun penari ombyong. Di samping itu tata rias penari putri tidak ada perbedaan baik itu penari bedhaya ataupun penari ombyong dengan maksud agar dapat mendukung cerita, suasana, dan keperluan pertunjukkan. Bahan kosmetik tetap sama sesuai dengan rincian di atas dan dipergunakan dengan teknik yang halus agar hasil riasan juga baik. Rias penari putra menggunakan teknik rias putra gagah agar terlihat kejantanan dan keperkasaanya.
    Karya tari Cemani Sawega menggambarkan kisah perjuangan Jatayu yang memiliki kesetiaan untuk membantu rajanya saat berperang, sehingga ditampilkan beberapa tokoh penari putri yang gagah dari karya ini. Untuk menampilkan tokoh tersebut dibutuhkan penari bedhayan yang mencakup tokoh tersebut. Karakter penari tokoh tersebut adalah prajurit wanita yang gagah siap berperang dalam mengarungi perubahan jaman. Meskipun ditampilkan dengan tokoh prajurit wanita, tidak meninggalkan kesan cantik yaitu dengan cara tata rias putri cantik bagi penari wanita.

     B. Tata Busana

Seni menata busana pada dasarnya bertujuan untuk lebih memperjelas peran yang dibawakan dan untuk mengetahui stratifikasi dari masing-masing peranan, misalnya peran raja, ksatria, atau rakyat biasa. Pada karya tari ini, tata busana yang digunakan dipengaruhi oleh ciri khas gaya Yogyakarta. Ciri utama dari gaya Yogyakarta, penata menggunakan motif cindhe yang dipadu dengan beberapa motif lain yang dimaksudkan merupakan satu kesatuan yang utuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan busana yaitu:

a. tidak mengganggu gerak penari, sehingga penari dapat leluasa dan tidak merasa terikat dengan busana yang dikenakan.
b. sesuai dengan ide atau konsep cerita, agar penonton dapat memahami maksud dan tujuannya.
c. membantu menghidupkan perwatakan pelaku (penari) sesuai dengan peran yang dibawakan.
d. mengetahui simbol-simbol pada warna busana yang akan digunakan, misalnya warna merah adalah simbol pemberani, kasar, dan tidak suka mengalah. Warna hitam sebagai simbol tegas pendirian, pemberani, setia kawan, pendiam, atau kadang-kadang lincah. (Kuswaji K. via Fred Wibowo, 1991)

Tata busana menggunakan busana tradisional model Yogyakarta untuk penari baik putra dan putri yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan cerita. Pemilihan warna disesuaikan dengan tema maupun konsep cerita, yaitu kepahlawanan sehingga kostum dipilih dengan dominasi warna merah dan hijau.Pengguanaan kain batik khas Yogyakarta merupakan keharusan bagi penari baik putra dna putri.

Dalam karya ini, peran Jatayu mengenakan baju semacam burung agruda beserta aksesorisnya yang menandakan seekor burung. Adapun tari yang disuguhkan berupa bedhayan yang dilakonkan oleh penari putra dan putri yang mengenakan baju berwarna-warni.  . 
Adapun rincian busana yang digunakan terdapat di bawah ini:

 1.    Busana Prajurit Laki-laki


•    surjan
•    stagen cindhe
•    sabuk timang
•    sampur cindhe
•    celana cindhe
•    jarik batik prada
•    keris
•    buntal
•    bara cindhe
•    iket tepen
•    kalung korset

2.    Busana Penari Ombyong

•    kebaya transparan
•    angkin batik Yogyakarta motif semen
•    jarik prada
•    sampur cindhe
•    sengkelat pink
•    sariayu
•    mentul
•    ceplok jebehan
•    subang
•    kalung ususn

3.    Busana Penari Bedhayan

•    kebaya transparan
•    dodot batik prada
•    kain polos merah
•    sampur cindhe merah
•    mentul
•    jungkat
•    centhung
•    kalung susun
•    subang
•    pendhung
•    ron sumping
•    ceplok jebehan

4. Busana Jatayu

•    kuluk
•    sayap
•    baju badhong
•    celana panjang
•    srampekan
•    gelang kaki
•    kaos kaki motif bulu
•    kace


A. Eksplorasi

            
Proses kerja seorang penata tari diawali dengan eksplorasi. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbgai cara yaitu membaca buku, melihat cerita, melihat video, melihat pertunjukkan. Karya tari  ini yang diawali dengan membaca beberapa buku khususnya untuk cerita Jatayu, dengan memahami isi dari bacaan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh ide atau imajinasi yang dapat mempermudah mencari kemungkinan-kemungkinan gerak dan ekspresi.Melalui proses kerja seperti tersebut di atas, penata tari dapat mengetahui atau mempunyai gambaran tentang gerak-gerak yang akan diolah dalam penggarapan karya tari ini.

B. Improvisasi
     Dalam tahap ini, penata tari sudah bekerja dengan mempraktekkan semua hal yang telah didapat dari tahap eksplorasi, yaitu mencoba untuk mewujudkan dalam  bentuk gerak tari. Dalam kegiatan ini, penata tari mencoba  menyesuaikan gerakan tari dengan improvisasi agar tampak selaras.

C.    Evaluasi
     Tahap evaluasi adalah tahap pengamatan materi atau pemilihan gerak yang akan diperoleh dari tahap improvisasi. Dalam tahapan ini penata tari menggabungkan motif-motif gerak yang dipergunakan dsalam garapan tari. Setiap gerak yang telah didapatkan dalam improvisasi, kemudian dianalisis, sehingga gerak-gerak yang didapat adalah gerak-gerak yang sudah merupakan pilihan yang tepat yang telah disesuaiakan dengan tema.

D. Forming
          Setelah gerak dalm improvisasi dievaluasi, selanjutnya gerak-gerak tersebut ditata sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk karya yang utuh. Pada tahapan ini penata tari membentuk gerak-gerak yang telah dievaluasi untuk dijadikan sebagai suatu karya tari. Tahap ini merupakan puncak atau akhir dari serangkaian proses garapan sehingga penata tari juga mulai memperhitungkan tentang aspek yang lain untuk mendukung kesempurnaan pementasan karya tari ini, misalnya kostum, lighting, property, setting.




Setiap penata rias dan busana tari yang akan menampilkan ide kreasinya, terlebih dahulu harus mengetahui beberapa unsur yang ada pementasan karya tari. Misalnya penata harus memahami ide cerita dari penata tari, mengetahui jarak pementasan dengan penonton, tata lampu, dan mengenal karakter dalam tari. Jenis ragam gerak yang dilakukan penari sangat menentukan perwatakan dan peran, maka perias harus mengenal beberapa karakter tari beserta simbol-simbol warna yang memiliki arti. Misalnya warna merah sebagi simbol pemberani, hitam untuk karakter yang tegas, bijaksana, dan pendiam. Seorang penata rias juga perlu memahami klasifikasi wajah beserta karakternya untuk menunjang kesesuaian busana tari.
           
Pencapaian kesuksesan baik rias dan busana penata tari dan busana dituntut untuk sering mengikuti pelatihan ataupun kegiatan yang mendukung peningkatan keterampilan dalam teknik menata rias dan busana agar hasil kerja menjadi maksimal. Kesuksesan dari suatu karya tari tidak hanya dari salah satu pihak, melainkan dari berbagai pihak yang mendukung antara lain tata lampu, tari, rias, busana, dekorasi dan lain-lain yang mampu menyuguhkan karya seni dan diterima oleh masyrakat.


DAFTAR PUSTAKA


Harymawan. R. M. A. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosda
Kawindrasusanto, Kuswaji. 1981. Tata Rias dan Busana Tari Gaya Yogyakarta. Dalam Fred Wibowo, ed. Mengenal Tari Klasik gaya Yogyakarta. Dewan Kesenian Propinsi daerah Istimewa     Yogyakarta Proyek Pengembangan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta.

Murgiyanto Sal, 1983. Koreografi. Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah DEPDIKBUD.

Soedarsono dkk, 1977. Kamus Tari dan Karawitan Proyek Pengembangan Kesenian DEPDIKBUD.


0 komentar:

Post a Comment