, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

POLA USAHATANI TANAMAN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA MANGGA

POLA USAHATANI TANAMAN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA MANGGA


1. Pola Pengusahaan
Tanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan peka ran-gan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengu¬sa haan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel  14.

Tabel   14.     Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga Berdasarkan Sistem Pengusahaannya 

      Farming systems                            % luasan         
1.    Mangga diusahakan pada lahan  pekarangan      90 - 95
2.    Mangga diusahakan pada lahan    
      tegal dan tumpangsari dengan tanaman pangan         ± 5.0
3.    Mangga diusahakan pada lahan   
      Tegal secara monokultur                  ± 1.0
Sumber: Soemarno dkk., 1995

Tanaman mangga di lahan pekarangan penduduk tidak menda-patkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadar nya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman berumur tua dan ditanam dari biji.

   
2. Budidaya Tanaman

(1). Bibit dan Pembibitan
Telah banyak varietas mangga yang dilepas oleh pemerintah sebagai varietas unggul. Diantara yang dikenal masyarakat adalah mangga Gadung, Manalagi, Lali Jiwo, Arummanis, Golek. Tanaman ini dapat diperbanyak melalui perbanyakan secara generatif maupun secara vegetataif. Untuk menjaga agar mutu bibit yang dihasilkan tetap baik seharusnya menggunakan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan ini dapat dialakukan dengan cara okulasi, grafting, cangkok, merunduk atau menyusukan. Namun umumnya masyarakat lebih banyak menggunakan sistem okulasi atau grafting.

(2). Persiapan Tanam dan Penanaman
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam penanaman mangga adalah pengaturan jarak tanam. Ukuran jarak tanam tergantung pada varietas yang akan ditanam serta jneis tanah. Umumnya jarak tanam yang baik untuk mangga berkisar antara 12 - 14 m. Pembuatan lubang tanam dibuat dengan ukuran 1 x 1 x 1 m. Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan saat musim kemarau, sehingga lubang akan banyak mendapat sinar matahari.
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan, sehingga tidak perlu menyirami dan suhu udara relatif dingin. Hal ini akan mencegah terjadinya kelayuan. Pada waktu tanam diusahakan tempat okulasi atau grafting tidak tertimbun tanah. Setelah tanam segera disiram sampai benar-benar basah dan tanaman diberi peneduh sampai 2 - 3 minggu.

Penanaman bibit:
(a). Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm, tanah lapi¬san atas sedalam 30-40 cm dipisahkan dengan lapisan bawah.

(b).     Jarak tanam 6x6m - 8x8 m, tanah lapisan atas dicampur dengan rabuk organik, pupuk dasar, dan Furadan 8-10 gram.
(c). Bibit grafting atau okulasi ditanam pada lubang tanam yang disiapkan 1/2 - 1 bulan sebelumnya.
(d).     Bibit grafting (hasil sambungan dini) siap ditanam pada umur 6-7 bulan, sedangkan bibit okulasi umur 12 bulan.
(e).     Penanamanm bibit dilakukan pada awal musim hujan

(3). Pemeliharaan
Agar tanaman tumbuh dengan baik pemeliharaan tanaman harus dilaku¬kan dengan sungguh-sungguh. Yang perlu diperhatikan dalam perawatan ini meliputi pengairan, pemupukan, pemangkasan, penyiangan. Tanaman yang baru ditanam sebaiknya diairi setiap hari dan diberi pelindung. Dengan demikian tanaman tidak akan mengalami kelayuan dan segera tumbuh normal. Apabila tanaman masih muda dan berbunga, sebaiknya bunga dipotong. Kalau hal ini dibiarkan, tanaman menjadi lemah dan mudah terkena penya¬kit. Agar tanaman tumbuh dengan baik, buah yang terbentuk dapat dipeli¬hara apabila tanaman telah berumur 4 tahun. Ranting yang kering atau terserang penyakit, hendaknya segera dipangkas. Namun jangan terlalu banyak memangkas daun yang masih sehat, agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Gulma di sekitar tanaman sebelum tumbuh rimbun segera disiang. Selain gulma dapat menjadi pesaing tanaman mangga, juga dapat menjadi inang penyakit yang kemudian dapat menyerang tanaman. Bersamaan dengan penyiangan dilakukan juga penggem buran tanah. Penggemburan harus dilaku¬kan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus. 

        Pemeliharaan tanaman:
(a).     Pemupukan seperti pada Tabel  15.
(b).    Tanah di sekitar tanaman dibersihkan dan digemburkan, pada musim kemarau ditutup dengan mulsa
(c).     Batang utama dipangkas setinggi 70-75 cm, cabang yang tumbuh dipelihara 3-4 arah, pemangkasan dilakukan sampai tahun ke dua setelah tanam dan dilakukan pada awal musim hujan.

Tabel   15. Kalender pemupukan tanaman mangga

Umur (th)    ZA    TSP    KCl    Rabuk kandang    Keterangan
0            50    25    25    2    Sebulan setelah tanam
1            200    100    100    2    separuh pada Desember -Januari dan sisanya Juni-Juli; Semua rabuk kandang pada bulan De sember - Janu ari
2-3    500-1000    250-500    250-500    2-3    sda
4-5    1000-2000    500-1000    500-1000    2-3    sda
6-10    2000-3000    1000-1500    1000-1500    3-4    sda
>10    3000-4000    1500-2000    1500-2000    3-4    sda
Sumber: SP2UK-P2LK Jatim, 1991.


(d).     Tanaman yang berasal dari grafting atau okulasi akan berproduksi pada umur 3-4 tahun.
(e).     Untuk memacu pembungaan yang lebih awal, digunakan Cultar dengan dosis 2.5 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 3- 4 tahun dan 10 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 5-10 tahun. Aplikasi dilakukan pada bulan April-Mei.



Pemangkasan tanaman
Pemangkasan tanaman pada awal pertumbuhannya dilakukan untuk membentuk tajuk. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah sbb:
(a).     Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan, sebulan sete¬lah pemupukan
(b).     Pemangkasan dilakukan tepat pada ruas atau buku tanaman, seki tar 50-60 cm di atas permukaan tanah
(c).     Dipilih 3-4 cabang dari cabang-cabang yang tumbuh setelah pemangkasan
(d).     Cabang yang dipilih adalah yang sehat, bagus, tersebar di sekeli ling batang pokok, dan tidak saling berdekatan
(e).     Pemangkasan ke dua dilakukan pada cabang-cabang yang diper-tahankan tumbuh setelah pemangkasan pertama, dan dilaksa nakan pada awal musim peng hujan tahun berikutnya setelah dilakukan pemupukan
(f).         Pemangkasan ke dua jaraknya  25-30 cm dari pangkal cabang, tepat pada mata/ ruas/buku yang menghadap ke luar.
(g).     Setelah tajuk terbentuk pada awal musim hujan berikutnya, perlu dilakukan pemangkasan lagi untuk menyempurnakan bentuk tajuk.

(4). Hama dan penyakit dan Cara Pengendalian.
Hama penting pada tanaman mangga, khususnya di Jawa Timur yaitu penggerek pucuk (Chlumatia transversa), wereng mangga (Idiocerus niveos¬parsus), lalat buah (Dacus spp.) lalat bisul atau puru, dan kutu putih (Rastrococcus spinosus).  Penyakit penting tanaman mangga, antraknos (Gloeosporim mangiferae), karat daun, blendok (Diplodia spec), dan jamur jelaga (Capnodium mangiferae).

a.    Hama Mangga
1.        Pengendalian kultur teknis. Penggerek pucuk beserta pucuknya dan rangkaian bunga yang terserang dipotong dan dibakar. Kegiatan ini rutin bersamaan pemangkasan. Pengasapan di bawah tanaman mangga akan menguris wereng daun. Imago lalat buah ditangkap dengan perangkap  Methyl Eugenol (ME). Perangkap dari botol plastik yang didalamnya diberi dua gumpal kapas. Satu gumpal diberi satu tetes ME dan lainnya dengan Azodrin.  Pada luasan satu hektar dipa¬sang lima perangkap. Pengendalian ini dibantu dengan membersihkan buah mangga terserang yang jatuh.
2.        Pengendalian dengan insektisida.
        Jenis insektisida untuk penggerek batang mangga yang digunakan petani mangga ialah Azodrin dan Tamaron. Penyemprotan ketika pucuk 5 cm, sekali seminggu dan dilanjutkan sampai pucuk besar. Jenis insekti¬sida yang sama juga dapat untuk wereng mangga dan lalat bisul dan kutu putih. Aplikasi insektisida melalui lubang batang dengan bor pada tanaman di atas lima tahun. Selanjutnya lubang ditutup paraf¬in. Eradikasi tanaman atau bagian tanaman yang terserang kutu putih dan menjaga kebersihan kebun mengurangi serangan hama.

b.      Penyakit Mangga
1.        Pengendalian kultur teknis. Bagian tanaman yang terserang dipotong dan dibakar.
2.        Pengendalian dengan fungisida. Penyakit antraknos dikendalikan dengan Benlate dengan dosis 0,5 - 1 g/l.  penyemprotan pada awal bunga yang panjangnya 5 cm setiap dua minggu.  Penyemprotan dihen¬tikan setelah bunga mekar sempurna, dan satu kali lagi setelah polinisasi. Penyemprotan fungisida untuk antraknos juga untuk menekan serangan jamur jelaga dan karat daun. Pada penyakit blendok, kulit batang yang terserang dikerok sampai bersih, selanjutnya diolesi Indafol dosis 250 cc per liter air.  Pencegahan dengan pemberian Basamit pada persemaian, kemu dian dibiarkan seminggu baru bibit disemai.

(5). Panen Buah
Tanaman mangga umumnya berproduksi maksimal pada waktu umur 20 - 40 tahun. Buah dapat dipanen apabila telah berumur 105 - 130 hari dari penyerbukan. Tenggang waktu keluarnya bunga pertama sampai bunga terakhir erkisar satu bulan. Buah dapat dipanen apabila ada beberapa buah yang telah masak dan jatuh. Tanda-tanda buah siap dipanen apabila buah terasa lunak jika dipegang, terjadi perubahan warna menjadi kuning atau merah. Untuk varietas manalagi atau arummanis warna berubah menjadi hijau kebir¬uan. Sebaiknya panen dilakukan ketika buah masih keras tetapi sudah tua.
Pemetikan buah dilakukan setelah terjadi perubahan warna kulit buah, pada umur 89-101 hari setelah penyerbukan atau ditandai bila antara 3-5 cm tangkai buah dan pangkal buah dipetik sudah tidak mengeluarkan getah. Untuk memperlambat pematangan buah dilakukan pelapisan lilin.

4.3. Perbanyakan Tanaman
Upaya untuk memperoleh bibit tanaman mangga yang baik, maka salah satu cara yang cepat dan relatif lebih murah adalah dengan penyam bungan (grafting).  Dalam penyambungan, batang bawah merupakan alternatif yang harus disiapkan mulai dini. Sebagai batang bawah semua jenis tanaman mangga dapat digunakan. Namun demikian berdasar¬kan penelitian yang telah banyak dilakukan, mangga jenis madu mempun¬yai kecende rungan yang lebih baik daripada yang lain, meskipun hal ini belum sepe nuhnya teruji. Kenyataan di lapangan jenis mangga madu banyak digunakan seba¬gai batang bawah karena berbagai pertimbangan. Salah satu di antaranya adalah banyak ditemukan di daerah sentra produksi dan juga dalam jumlah yang banyak, buahnya relatif kecil dan tidak berserat, sehing¬ga memu dahkan dalam pengupasan. Pada suatu kondisi tertentu, kebutuhan mangga sebagai batang bawah akan menjadi problem.  Hal ini disebabkan banyak yang membutuh¬kan sebagai stock batang bawah bagi setiap penangkar bibit.  Kenya¬taan demi kian dapat dirasakan pada saat pembuatan bibit, dimana antara produsen dan konsumen lebih besar konsumen.  Hal yang demikian akan mengakibatkan seringkali ditemukan bibit baru siap kirim/ tanam yang melebihi dari waktu yang sebenarnya.  Padahal apabila dapat digunakan jenis mangga lain sebagai batang bawah, maka problem keter¬lambatan maupun kekurangan bibit akan segera dapat teratasi.
Pada sisi lain justru petani banyak menanam mangga jenis lain yang sebenarnya merupakan batang bawah di daerah sentra tersebut, misalnya jenis kecik. Hal ini sesuai dengan Soewarno dan Anik (1989) yang menyatakan, bahwa tanaman mangga jenis kecik merupakan tanaman yang baik untuk batang bawah daripada jenis tabar dan tepak. Disamping itu ada jenis lainnya yang memungkinkan hasil pertum¬buhan tanaman yang mengarah pada pertumbuhan kerdil/ cebol.  Hal ini berarti dalam satuan luas tertentu akan dapat dihasilkan produksi yang lebih besar karena peningkatan populasi dan juga memudahkan pemeliharaan tanaman. Penelitian tentang tanaman mangga sudah banyak dilaporkan, tetapi pada umumnya hanya berkisar pada cara bagaimana mengusahakan tanaman berbuah stabil dalam waktu yang relatif singkat, 4-6 tahun dari saat penyambungan.  Pada sambungan yang mengarah pada bentuk kerdil baru pada taraf uji coba.  Dengan demikian percobaan serta penyelidikan ke arah tanaman kerdil sangatlah berarti sebagai dasar penciptaan klon-klon baru yang pada akhirnya akan tercipta pula kutivar yang dapat dibanggakan sebagai suatu andalan kultivar unggul.
Secara umum pohon mangga mepunyai kenampakan yang besar dan tinggi, sehingga keadaan tersebut akan menyulitkan penge lolaan tana¬man (Purnomo et al., 1985).  Hal ini berarti populasi per hektar juga akan menjadi lebih sdikit daripada pohon mangga yang relatif lebih kecil/ kerdil. Kondisi tanah pertanian semakin lama semakin menurun, sejalan dengan mening katnya penduduk, sehingga usaha ke arah eksten¬sifikasi lebih digalakkan, padahal biaya untuk keadaan tersebut sangat besar. Salah satu alternatif adalah dengan intensi fikasi.
Penciptaaan tanaman kerdil merupakan salah satu solusi untuk menuju intensifikasi mengingat dengan cara tersebut, maka akan dipe-roleh penampilan tanaman yang relatif rendah daripada tanaman pada umumnya dan juga tajuk yang lebih sempit tetapi sesuai.  Hal ini berarti dalam satu luasan tertentu akan dapat ditingkatkan populasi tanaman, sehingga lebih efisien dalam penggunaan lahan maupun penge¬lolaannya (Purnomo, 1987).
Kondisi lingkungan yang sesuai akan menyebabkan pertum buhan tanaman menjadi normal dalam artian kenampakan maupun hasil buah yang diharapkan.  Sebaliknya apabila salah satu faktor lingkungan, misal-nya air dalam keadaan tercekam, maka tanaman akan cenderung menjadi lebih kecil daripada yang sebenarnya (kerdil).  Pada proses selanjut¬nya, maka tanaman akan cenderung mem pertahankan hidupnya dengan mencari ier hingga kedalaman tertentu, karenanya perakaran pada tanaman tersebut akan relatif lebih dalam daripada tanaman pada kondisi air cukup (Kusumo et al., 1975).  Keadaan ini dapat merupakan salah satu penciri tanaman kerdil.
Kajian mengenai pemendekan tanaman sambungan karena batang bawah juga telah diutarakan oleh Lursen dan Reisser (1985) yang menyatakan, bahwa pemendekan batang bawah merupakan merupakan satu hal yang terpenting dalam pertumbuhan tanaman buah-buahan. Dengan semakin meningkatnya permintaan mangga baik dalam maupun luar negeri, maka mendorong para investor untuk membuat mangga sebagai salah satu komoditas perkebunan.  Dampak positif bagi penangkar bibit mangga adalah adanya permintaan bibit dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.  Pada kondisi demikian, maka pemilihan tanaman kerdil akan mendapatkan kesempatan yang lebih besar daripada tanaman lainnya.

Penyambungan tanaman mangga sangatlah populer dewasa ini.  Keadaan ter sebut bisa dimaklumi mengingat dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, sehingga dalam waktu yang relatif singkat  dapat diperoleh bibit tanaman baru dalam jumlah yang besar. Tanaman mangga yang kerdill akan memudahkan pengelolaan, sehinga dalam satu waktu tertentu dapat dicapai efisiensi baik dalam satuan luas maupun ling¬kungan yang dibutuhkan.  Mangga yang berasal dari bibit dengan graft¬ing akan bervunga pada umur 4 tahun setelah tanam (Singh, 1969 dan Purnomo, 1988).  Namun demikian pembungaan akan lebih lambat apabila bibit berasal daribiji, yakni pada umur 7-10 tahun (Purnomo, 1988), sedangkan inisiasi pembu ngaan antara 1-2 tahun sebelum awal pembun¬gaan, sehingga jika pembu ngaan diinduksikan, maka awal pembungaan akan terjadi pada umur 6-7 tahun, merupakan waktu yang cukup lama dalam sekali daur pemuliaan. Kelebihan lain dari tanaman cebol terse¬but juga dikaji oleh Halle et al., (1978) yang menyatakan, bahwa penciptaan tanaman cebol akan membrikan kemudahan dalam usaha penge¬lolaan tanaman tahunan yang berkayu.
Perlunya pemilihan batang bawah dalam grafting telah lama dinya takan oleh Muhkerjee dan Majunder (1963).  Kedua peneliti itu menyatakan, bahwa tidak semua kultivar mangga sebagai batang bawah cukup cocok dan serasi apabila disambungkan dengan batang atas. Selanjutnya Winarno (1987) juga menambahkan, bahwa tujuan peneli tian pertanian antara lain adalah untuk mencari dan mengem bangkan paket dan rekayasa teknologi seutuhnya secara berkesinam bungan untuk menca¬pai tujuan pembangunan pertanian yang meliputi jangka panjang dan jangka pendek.  Jangka panjang tersebut antara lain: (1). Pelestarian evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfaf buah-buahan; (2). Perbaikan varietas melalui seleksi dan manipulasi genetik.  Hal ini dapat ditempuh denganpenciptaan varietas unggul batang bawah dan batang atas.

Salah satu cara penciptaan varietas unggul batang bawah adalah dengan memperpendek tanaman guna memperoleh pertanam an rapat yang hal ini merupakan salah satu solusi ke arah tanaman kerdil. Hartman dan Kester (1978) menjelaskan, bahwa dari hasil interaksi antara batang bawah dan atas tertentu pada tanaman sambungan dapat mengubah pertum¬buhan.  Selanjutnya juga menam bahkan, bahwa batang bawah dapat menye¬babkan perubahan vigor dan beasr tanaman pada batang atas.  Hal ini juga dinyatakan oleh Chandler (1958), bahwa batang bawah yang memi¬liki pertumbuhan kuat akan mendorong pertumbuhan batang atas yang meimiliki pertumbuhan lemah dan sebaliknya.
Kecenderungan pertumbuhan tanaman cebol dari sambungan ini juga dilaporkan oleh Soewarno dan Anik (1989) yang menyatakan, bahwa jenis kecik sebagai batang bawah mempunyai kecenderungan pertumbuhan tana¬man cebol bila disambung dengan jenis gadung sebagai batang atas. Sebagaimana dimaklumi, bahwa semua mangga lokal mempunyai karakteris¬tik ekonomis yang tidak menarik, dimana buahnya kecil, berserat dan rasanya tidak enak, sehingga pada akhirnya harganyapun sangat murah.

(1). Grafting
Grafting merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman melalui bagian-bagiannya. Hal ini berarti tidak merupakan perkem bangan dari biji melainkan  bagian vegetatif dalam hal ini adalah batang. seba-gaimana dimak lumi secara umum perkembang biakan tanaman dibagi menja¬di dua bagian, yakni seksual dan aseksual. Grafting merupakan perkem¬bang-biakan aseksual. Pembiakan vegetatif banyak dianjurkan mengingat dengan cara tersebut memungkinkan tanaman memulihkan dirinya dengan regenerasi jaringan dan bagian-bagian yang hilang.  Pada pembiakan vegetatif akan terjamin sifat-sifat menurun dari induk tanaman. Hal ini berarti setiap tumbuhan baru, memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induk¬nya atau dengan kata lain tumbuhan induk diabadikan dalam tumbuhan baru yang diturunkannya (Dwijoseputro, 1983).
Perbanyakan vegetatif perlu untuk tanaman dan kultivar yang tidak menghasilkan biji secara langsung atau yang tidak menghasilkan biji sama sekali.  Perbanyakan vegetatif terdiri dari penggunaan bagian vegetatif seperti batang, daun dan akar (Soewarno, 1983).     Pada perkembangan lebih lanjut ternyata perkembang biakan vegetatif mempunyai alasan-alasan sebagai berikut:
a.     Kemungkinan tanaman tidak menghasilkan biji   
b.    Kemungkinan biji yang dihasilkan oleh suatu tanaman bila ditanam tidak sebaik induknya
c.     Dapat mempercepat penyediaan bibit karena dapat diambil dari bagian vegetatif tanaman
d.    Bibit yang diambil dari vegetatif tanaman mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Disamping itu pohon mangga yang berasal dari biji pada umumya pertum¬buhannya tegak, kuat dan tinggi, sedang yang berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabang melebar (Pracaya, 1987). Hal ini bersesuaian dengan Valmayor (1968) yang telah lama meneliti tentang perbanyakan vegetatif yang menyatakan, bahwa perbanyakan vegetatif lebih banyak digunakan karena pembiak an generatif memerlukan waktu yang panjang untuk berbuah, bentuk pohon yang itnggi dan besar, sehingga susah pengelolaannya.  Diantara pembiakan vegetatif terse¬but, penyambungan merupakan cara yang terbaik.  Selanjutnya Singh (1968) dan Tahir (1981) menya takan, bahwa pembiakan getatif yang umum dilakukan pada mangga adalah okulasi, grafting dan stek.
Serangkaian penelitian telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang sam bungan mangga dan permasalahannya. Singh dan Srivastava (1979) meneliti tentang pengaruh saat defoliasi batang atas terhadap keberhasilan sambungan.  Ternyata, bahwa prosentase sambungan jadi cenderung semakin meningkat dengan semakin meningkatnya saat defolia¬si daun batang atas yang digunakan sebagai sambungan (Tabel  16).

Tabel  16.     Pengaruh saat defoliasi batang atas terhadap keber hasilan sambungan*

Perlakuan                    Keberhasilan sambung (%)    
Segera setelah defoliasi               33.3
5  hari setelah defoliasi              60.0
10 hari setelah defoliasi              80.0
15 hari setelah defoliasi              70.0
Sumber:Singh dan Srivastava (1979).

Pengaruh perlakuan entris terhadap peran sambungan jadi, pan-jang pucuk, jumlah daun dan bobot bibit pada umur 3 bulan setelah penyambugan juga diteliti oleh Purbiati et al., (1985) dan hasilnya tertera pada Tabel 17. Ternyata, bahwa hasil tertinggi dari semua peubah terjadi pada perlakuan entris yang tidak dikerat tapi dirompes .

Tabel  17.    Pengaruh perlakuan entris terhadap prosentase sambungan jadi, panjang pucuk, jumlah daun dan bobot bibit 3 bulan sete¬lah penyambungan

Perlakuan        % Sambung       Panjang          Jumlah           Bobot                  
entris               an jadi         pucuk/cm         daun             bibit/g   
Dikerat  dirompes       98             9.59            6.65             23.35
Dikerat             82             7.55            6.68             15.75
tidak dirompes                                                            
Tidak dikerat       100      10.19           7.36             22.03
dirompes               
Sumber: Purbiati et al., (1985).

Koesriningrum dan Sri Setiyati (1973) juga menambahkan, bahwa alasan-alasan dilakukannya penyambungan antara lain untuk mengekalkan sifat klon yang tidak dapat dilakukan baik oleh stek, bumbun maupun dengan mancangkok. Selain itu juga  untuk meng-ubah pertumbuhan, misalnya untuk memperoleh tanaman kerdil. Perbiakan secara mencangkok tidak banyak dianjurkan, mengingat pohon induk sering rusak bentuknya karena cabang yang baik diambil untuk cangkokan.  Akibatnya hasil pohon induk akan menurun.
Beberapa peneliti menyatakan, bahwa batang bawah tidak mempen¬garuhi pertumbuhan dan hasil varietas batang atas (Singh, 1969).  Tentu pernyataan ini berlaku paling tidak untuk tanaman mangga. Tubbs (1973) menyanggah  pernyataan tersebut dan menya takan, bahwa interak¬si batang bawah dengan batang atas tertentu dapat mempengaruhi mor¬fologi tanaman.  Mangga yang disam bungkan pada Spodia Pinnata dapat menyebabkan pohon cebol tetapi berdaya hidup singkat (Furtado, 1921).
Batang atas dari biji jika disambungkan dengan tanaman mente (Anacardium occidentale) yang masih muda dapat menghasilkan ukuran buah dua kali, tidak berserat, biji kecil tetapi tidak mampu berke¬cambah (Fielden dan Gardner, 1936).  Batang atas mangga juga dapat disambung dengan batang bawah mangga spesies lain.  Mangifera foetida direkomendasikan sebagai batang bawah per banyakan di Burma (Myanmar) (Oche, 1931 dalam Singh, 1969).  Batang baah yang dianjurkan di Indonesia tergantung wilayahnya.  Halini erat hubungannya dengan ketersediaan bahan dalam satu daerah tertentu mempunyai kultivar lokal tertentu. Selanjutnya juga diperoleh satu kemungkinan tanaman cebol dari bibit sambungan batang bawah kultivar saigon dan endog dengan batang atas Golek (Purnomo et al., 1985) dimana kedua tanaman tersebut hanya banyak ditemukan di sentra produksi di Problinggo dan yang lebih mudah adalah di Kebun Percobaan Cukur Gondang.  Hasil penelitian lebih jauh juga menyatakan, bahwa harapan tanaman cebol sebagai akibat penggunaan batang bawah ditunjukkan oleh varietas daging.
Penciptaan tanaman cebol yang pernah dinyatakan oleh Nijjar (1978), bahwa terdapat tiga pokok usaha yang menarik perhatian dalam mening katkan hasil dan pengelolaan tanaman mangga.  Ketiga pokok usaha tersebut adalah pengaturan pembungaan, pencegahan gugur buah atau peningkatan calon buah yang menjadi buah dan penciptaan tanaman cebol. Beberapa tahun sebelumnya peneliti lain juga menyatakan, bahwa penggunaan batang bawah dan atas tertentu yang cocok dan serasi dalam perbanyakan vegetatif, cara penyambungan seringkali menampilkan morfologi tanaman cebol (Tubbs, 1973 dan Vyvyran, 1955).  Penggunaan macam batang bawah dan atas yang bervariasi seringkali dapat berpen¬garuh terhadap saat pembungaan, sehingga mengakibatkan perbedaan masa pembungaan tanaman dari hasil interaksi batang bawah dan atas yang pada akhirnya akan mengakibatkan timbulnya variasi panen raya buah (Purnomo, 1982).   

(2). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan sambungan
Faktor tanaman
Berdasarkan sifat tumbuh dari mangga, pengelolaan tanaman dan perbaik an hasil diarahkan pada pengaturan pembungaan, pening katan pembentukan calon buah dan menciptakan tipe tanaman kerdil/ rendah.  Tujuan ini dapat dengan melalui teknik agronomis tanaman (Purnomo, 1987).  Grafting meru pakan salah satu manipulasi teknik agronomis yang sangat dipengaruhi oleh kondisi batang bawah maupun batang atas serta lingkungan.

Kondisi batang bawah
Sebagai batang bawah yang baik dapat disambung bila diameter batang sudah mencapai 0,6- cm dengan umur 6-12 bulan (Valmayor, 1968 dan Purbiati, 1984). Berdasarkan pengalaman penulis ternyata penyambungan dapat tumbuh dengan baik pada umur batang bawah 2 bulan dimana pada saat itu diameter batang dapat mencapai 0,4-0,6 cm. Hal ini juga diperkuat oleh Sumulur (1987) yang menyatakan, bahwa pembibitan mangga dapat dipersingkat menjadi 5-9 bulan dengan diameter 0,4-1 cm. Menurut Danoesastro (1976) guma keperluan batang bawah sebaik¬nya diambil dari tanaman setempat dengan harapan bentuk tesebut akan lebih cocok dengan tanah dan iklinya.  Misal di Pasuruan sebagai batang bawah adalah jenis madu.   

Kondisi batang atas
Pemilihan batang atas sangatlah penting artinya bagi keberha si¬lan sambungan.  Panjang batang atas berkisar 8-10 cm debgan diameter batang 10-13 mm. Batang atas dalam keadaan dorman tetapi siap untuk pecah dan tumbuh (Valmayor, 1968). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Koesriningrum dan Sri Se¬tiyati (1973), bahwa dalam pemilhan batang atas sebaiknya dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
-     Diambil dari pohon yang kuat dan bebas dari keabnormalan tumbuh serta hama dan penyakit
-     Berdiameter lebih kurang 1 cm dan berupa batang yang lurus
-     Dari tanaman induk yang menghasilkan buah berkualitas tinggi dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Sunaryono (1981) menjelaskan, bahwa semua bagian tanaman dimana sel-sel kambiumnya masih mengadakan pembelahan dengan aktif, dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan vegetatif.  Tetapi yang penting adalah yang berumur 1-2 tahun. Sebaiknya jangan digunakan cabang air atau cabang liar yang hanya tumbuh vegeta¬tif dengan cepat tetapi merupakan penyebab tanaman tidak berb¬uah.

Hubungan antara batang atas dan batanag bawah
Dari hasil penelitian Purnomo et al., (1985) ternyata, bahwa tanaman bibit yang berasal dari kultivar endog atau daging dan batang atas golek menampilkan pertumbuhan bibit yang mengacu pada bentuk kerdil. Sebalik nya bibit yang berasal dari batang bawah dan atas sekultivar menampilkan pertumbuhan yang cepat dan subur. Selanjutnya juga ditambahkan, bahwa kumpulan ciri mprfologi tanaman bibit hasil penyambungan bervariasi, baik diantara kultivar batang bawah yang digunakan maupun batang atas, diduga oleh akibat variasi tingkat keserasian fisiologis tetua-tetua tanaman yang disambungkan pada taraf penyediaan hormonal miliu dan nutrisi yang berubah pada saat pembelahan sel berlangsung sesaat setelah melewati fase translasi (Halle et al., 1978). Di lain pihak seringkali juga ditemukan pertautan batang bawah dan atas tetapi pada pertumbuhan selanjut nya menampakkan peru¬bahan pada batang atas atau bawah. Hal ini misalnya terjadi pembengkakan pada sambungan, pertumbuhan batang atas yang abnormal atau penyimpangan keadaan lainnya.  Kondisi yang demikian disebut inkompatibilitas.
Menurut Hartman dan Kester (1978), bahwa tanda-tanda in-kompati¬bilitas pada sambungan adalah sebagai berikut:
-     kegagalan membentuk sambungan dalam prosntase besar
-     pertumbuhan vegetatif berkurang atau laju pertum buhan yang lambat antara batang atas dan bawah
-     pertumbuhan yang terlalu cepat pada bagian  sambungan, di atas atau di bawahnya
-     daun menguning pada akhir pertumbuhan diikuti oleh gugur daun
-     pohon mati sebelum waktunya, hanya bertahan hidup 1 sampai 2 tahun di tempat pertanaman.

(3). Faktor lingkungan
Keberhasilan sambungan sangat ditentukan oleh faktor lingkun-gan. Dalam hal ini yang penting waktu penyambungan, cahaya, kelembaban dan temperatur.


a. Waktu penyambungan
Koesriningrum dan Sri Setiyati (1973) kemudian juga Sunar yono (1981) mengutarakan tentang pentingnya saat penyambungan.  Hal ini disebabkan penyambungan yang dilakukan pada saat musim hujan lebat seringkali meng alami kegagalan karena batang atas yang mudah busuk.  Disarankan agar dilakukan pada musim kema¬rau, hal ini dimaksudkan agar memudahkan pengelupasan kulit kayu batang.    Metode sambung celah dapat dilakukan selama masa istirahat atau fase dorman, tetapi lebih berhasil apabila dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dimulai. Bila penyambungan dilakukan sesudah pohon mengalami fase pertum buhan aktif, maka akan mengakibatkan kesulitan dalam menghasilkan sambungan. 

b. Cahaya
Sebagaimana dimaklumi, bahwa bibit sambungan merupakan tanaman muda, sehingga organ tanamanpun peka terhadap pertum buhan dari luar terutama cahaya.  cahaya yang terlalu kuat akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada pagi/ sore hari saat matahari kurang memancarkan sinarnya (Kusriningrum dan Sri Setiyati, 1973). Selanjutnya juga ditambahkan oleh Rismunandar dan Sunaryono (1981), bahwa untuk mendapatkan hasil yang tinggi dalam penyam¬bungan, maka pancaran sinar matahari langsung terhadap sambun¬gan harus dihindarkan.

c. Kelembaban
Kelembaban dan kandungan oksigen yang tinggi sangat men dorong pembentukan kalus, karena itu diusahakan pemakaian tali pengikat yang tidak kedap udara (Hartman dan Kester, 1978).  Sebaliknya pada kelem¬baban rendah akan menyebabkan kekeringan dan menghalangi pem¬bentukan kalus.  Hal ini disebabkan sel-sel pada sambungan banyak yang mati.  Kelembaban udara di tempat penyambungan harus dijaga tetap tinggi, yakni sekitar 80% untuk memperoleh hasil yang tinggi (Rismunandar dan Sunaryono, 1981). Kelembaban tingi diperlukan untuk memproduksi sel-sel parenkhim dan pembentukan kalus ( Hartman dan Kester, 1978).

d. Suhu
Kondisi suhu yang mendukung aktivitas sel yang tinggi sangat diperlukan tanaman (Hartman dan Kester, 1978). Hal ini juga didukung oleh Kusriningroem dan Sri Setiyati (1973) yang menya¬takan, bahwa suhu diperlukan untuk penyambungan adalah 7,2- 32,2oC.  Di luar ukuran tersebut dapat merusak atau bahkan mema tikan sel-sel pada sambungan. Ternyata pada suhu optimum, yakni 25-30oC pembentuk an jaringan kalus dapat dipertinggi dan sangat menentukan keber hasilan sambungan.





0 komentar:

Post a Comment