, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

BASOEKI ABDULLAH, Jakarta

BASOEKI ABDULLAH, Jakarta

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
BASOEKI ABDULLAH, Jakarta

kerajinan tekstil modern dan konsep berkaryanya - R. Basoeki Abdullah (1915-1993) yang lahir di Surakarta , Jawa Tengah, adalah anak pelukis Abdullah Suriosubroto. Ayah-anak itu sama-sama pelukis Mooi Indie . Jika ayahnya lebih dikenal dengan tema pemandangan, maka Basuki Abdullah, walaupun tetap dalam nafas romantisme tetapi mempunyai tema lebih luas.

Terjun ke dunia seni lukis berbekal pendidikan formal, disamping penampilannya yang selalu flamboyan. Ketika usia 18, ia belajar melukis di Academie voor Beeldende Kunsten di DenHaag (1933-1935). Kemudian melanjutkan studi ke Prancis dan Italia. Selain di Indonesia, karyanya pernah dipamerkan di Bangkok , Jepang, Singapura, Belanda, Inggris, Portugis, dan lain-lain. Kolektornya rata-rata para pembesar, di berbagai negara. Meski namanya menjulang keikutsertaannya dalam biennale yang digelar DKJ sejak 1974, ini yang pertama kali.

Pilihan konsep estetis Basuki Abdullah dari mitologi, sosok-sosok tubuh yang telanjang, sosok binatang, potret orang terkenal, perjuangan, ataupun hamparan pemandangan, walaupun semua dibangun dengan dramatisasi, namun semuanya hadir “ lebih indah dari warna aslinya.”

Hal tersebut pernah mendapat kritik tajam dari tokoh Persagi S. Sudjojono, sarat dengan semangat Mooi Indie yang banyak berurusan dengan kecantikan dan keindahan saja. Padahal pada masa itu, bangsa Indonesia sedang menghadapi penjajahan sehingga realitas kehidupannya sangat pahit. Namun kritik Sudjojono ini tidak mampu mematahkan kharisma Basuki Abdullah di tengah-tengah masyarakat luas. Terbukti dengan tetap mengalirnya berbagai penghargaan dari berbagai pihak, termasuk kelompok elite istana dari berbagai negara. Lebih dari itu karyanya sendiri melintasi berbagai masa dan tetap hidup dihati para pengagumnya sampai sekarang. Bahkan dalam setiap lelang lukisan di dalam dan luar negeri, karya Basuki Abdullah ikut serta hadir.

Perseteruannya dengan S.Sudjojono yang berlangsung cukup lama, baru “mencair” setelah pengusaha dan kolektor Ciputra mempertemukannya bersama pelukis Affandi. Kemudian ketiganya saling melukis wajah di atas satu kanvas, yang kemudian menjadi benda sejarah.

Sungguh di luar perkiraan semua orang bila pelukis kondang ini akhi
rnya harus mati terbunuh di kamar tidurnya oleh kebiadaban seorang pemuda. Pasti bukan sebuah kematian indah apalagi romantis, seperti karya lukisannya. Kini, bekas rumahnya tersebut, yang terletak di kawasan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, dijadikan Museum Basuki Abdullah.


MURYOTO HARTOYO, Jakarta



Perupa Muryotohartoyo lahir di Yogyakarta, 1 Maret 1942. Alumnus STSRI “ASRI” Jurusan Seni Lukis ini, dikenal sebagai salah satu eksponen Gerakan Seni Rupa Baru (1973-1979) yang merupakan sebuah tonggak seni rupa Indonesia setelah era Persagi (1938-1942).

Konsep berkaryanya saat itu – melukis adalah main-main – sempat menjadi bahan perdebatan sengit di media massa antara dua kritikus besar pada zamannya, yaitu Kusnadi dan Sudarmadji. Menurut Kusnadi kalau konsepnya main-main hasilnya ya main-main. Lalu dengan geram menuding Sudarmadji tidak (berani) memberi pendapat atas kemerosotan ide maupun hasil karya ini. Namun dalam sanggahannya Sudarmadji mengaku telah menyindir bekas mahasiswanya itu lewat tulisan di Sinar Harapan. Intinya, karena konsepnya main-main, maka pengamatan serius kurang diperlukan.

Sesungguhnya konsep Muryoto tersebut lahir sebagai penentangan terhadap konsep seni lukis ‘jiwa ketoknya’ S.Soedjojono yang telah dijadikan jimat banyak orang. “ Bagi saya menulis adalah main-main. Persoalan tersebut tidak perlu harus dilakukan penuh haru, penghayatan, memadu rasa, serta dengan pernyataan jiwa (ekspresi) yang mendalam, nggekeng atau serius! Tetapi tepat apabila dikatakan , dilakukan secara santai, seperti melobangi kanvas, corat-coret sambil menutup mata atau memasang apa saja di atas atau disatukan dengan kanvas. Pokoknya melukis tidak ada lebihnya dengan makan minum atau memecahkan telur untuk campuran bikin martabak.”

Tahun 1960-an sampai 1970-an ia aktif pameran bersama, antara lain Pameran Muhibah Keliling Sanggar Bambu di Jawa dan Madura (1961-1965), Pameran berdua dengan Bambang Bujono di Balai Budaya (1972), Pameran Besar Seni Lukis - Bienal DKJ (1974 -1980), Pameran Kelompok ASRI dan ITB, sebagai embrio GSRBI (1974), Pameran Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia di TIM Jakarta (1975).

Pasca GSRB, ia mencurahkan waktunya untuk mengajar seni rupa, berceramah, dan duduk di Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (2003-2006). Dan dalam Biennal Jakarta 2006, ia akan mengaktualisasi kembali konsep lamanya : melukis adalah ma
in-main.

HILDAWATI, Jakarta

Seniman keramik Hildawati Soemantri, lahir 26 November 1945 . Belajar seni rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB) tamat tahun 1971, dilanjutkan ke MFA Prett Institute, 1976, dan meraih gelar doktor di Cornel University, AS (1995) dengan thesisnya tentang seni patung keramik Majapahit . Ia mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sampai akhir hayatnya, 17 Januari 2003.

Sejak 1970-an pernah beberapa kali melakukan pameran, di antaranya Nuansa Indonesia di TIM dan Wisma Seni P dan K (sekarang Galeri Nasional) 1987, Kalagyan di Hotel Sahid (1985), dan ditempat-tempat lain seperti Citibank, Kartika Chandra, hingga Balai Seni Rupa, Jakarta . Pada pamerannya terakhir di Galeri Cemara 6 (2003), ia seperti masih berteriak "seni keramik dimarjinalkan!"

Selama hidupnya ia penentang gigih persepsi yang melihat seni rupa di dunia tradisi non-Barat sebagai craft yang cuma menampilkan keindahan permukaan ( decorative art), termasuk di dalamnya seni keramik hanya kerajinan, yang derajatnya lebih dari seni rupa.

Dengan kapasitasnya sebagai kurator independen, antara tahun 1980an-1990an ia menggalang para pekeramik Indonesia , menggelar pameran-pameran besar keramik. Selain untuk meluaskan pandangan-masyarakat tentang seni keramik sebagai media ekspresi dan tidak memandang rendah seni keramik, juga untuk mengenalkan semua dimensi seni keramik

Dimata pengamat karya-karya Hildawati cenderung memasuki jalur perkembangan seni rupa kontemporer. Ia mengakses pemikiran-pemikiran seni rupa kontemporer untuk merombak persepsi pada perkembangan seni keramik. Namun, dalam mengembangkan pemikiran-pemikirannya yang lebih mendasar Hildawati cenderung bertumpu pada bingkai pe
mikiran visual art.

Desainer tekstil dan perancang busana [download]
Suatu karya seni rupa tercipta dari sebuah konsep  [download]
DUNIA RANCANG BUSANA, SENI MODERN [download]
Divisi Kerajinan Tangan dari Kementerian Tekstil  [download]

buka mesin jahit : http://tonimalakian.blogspot.co.id/2006_06_01_archive.html

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang kerajinan tekstil modern dan konsep berkaryanya

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Desain Baju Pakaian Seragam

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

0 komentar:

Post a Comment